Alarm Global: Bumi Terus Memanas

Pemanasan global memerlukan tindakan kolektif global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, memperkuat praktik pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, dan mengadaptasi infrastruktur untuk menahan dampak perubahan iklim yang sudah tak terhindarkan.

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Suhu rata-rata global selama 12 bulan terakhir (Mei 2023 – April 2024) memecahkan rekor tertinggi, yaitu 1,61°C di atas suhu rata-rata pra-industri pada tahun 1850-1900. Data yang dipaparkan oleh Copernicus Climate Change Service Uni Eropa ini digaungkan oleh hampir semua media utama di dunia.  

Persetujuan Paris 2015 tentang Perubahan Iklim menyepakati kenaikan suhu global abad ini agar di bawah 2ºC dibandingkan suhu pra-industri dan diupayakan menekannya hingga 1,5ºC.  Di era pra-industri manusia belum menggunakan bahan bakar fosil yang mengeluarkan gas-gas rumah kaca, penyebab perubahan iklim seperti karbon dioksida. Jika hanya menilik angkanya, perbedaan antara 1,5ºC dan 2ºC tidaklah besar, namun memiliki efek yang dahsyat bagi kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem dan merusak seperti badai, banjir, kekeringan, dan gelombang panas. 

Pemanasan global dan perubahan iklim adalah dua istilah yang sering digunakan bersamaan, tetapi sebenarnya memiliki arti yang berbeda. Pemanasan Global adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer dan lautan Bumi yang terutama disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer akibat aktivitas manusia. Fokus utamanya adalah pada tren peningkatan suhu yang diukur dan terdokumentasi selama beberapa dekade.

Perubahan Iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam kondisi cuaca dan pola cuaca di Bumi. Ini tidak hanya mencakup peningkatan suhu, tetapi juga meliputi perubahan ekstrem dalam curah hujan, angin, dan fenomena cuaca ekstrem lainnya. Perubahan iklim mencakup berbagai perubahan yang terjadi di planet Bumi, baik yang alami maupun akibat aktivitas manusia, dan menyebabkan bencana yang mengancam penghidupan dan kehidupan.

Peningkatan suhu bumi sangat memprihatinkan kerena berdampak luas dan bervariasi pada berbagai kelompok dan sistem.  Gelombang panas yang lebih sering dan intens menyebabkan dehidrasi, kelelahan akibat panas, gangguan mental, dan bahkan kematian, terutama di kalangan lansia dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis.  Pemanasan global juga dapat menyebabkan perubahan pada pola penyakit seperti malaria, demam berdarah, flu dan virus lainnya.  

Ketika suhu meningkat, lapisan es dan gletser mencair, airnya mengalir ke laut, menyebabkan permukaan laut naik dan mengancam keberadaan komunitas pesisir dan pulau kecil. Banjir dan erosi dapat menghancurkan habitat, merendam tanah pertanian, dan menggeser populasi.  Perubahan pola hujan dan suhu yang ekstrem, seperti gelombang panas akan mengurangi hasil panen dan dan ketersediaan air, menganggu ketahanan pangan dan mata pencaharian.  

Masyarakat dengan sumber daya terbatas memiliki kapasitas adaptasi yang lebih rendah terhadap dampak perubahan iklim. Mereka menghadapi tantangan terbesar dalam mengakses air bersih, makanan, dan tempat berlindung yang aman. Dampak ini tidak hanya terbatas pada aspek lingkungan tapi juga ekonomi dan sosial, menambah kerumitan dalam upaya adaptasi dan mitigasi.

Para ilmuwan dapat mengetahui bahwa suhu Bumi semakin meningkat melalui berbagai metode pengamatan dan analisis. Stasiun cuaca di seluruh dunia secara rutin mencatat suhu udara dan data ini dikumpulkan selama bertahun-tahun untuk dianalisis guna melihat tren jangka panjang dalam suhu global. Satelit juga secara berkala memberikan data suhu permukaan Bumi, termasuk suhu laut dan daratan, memungkinkan pengukuran suhu yang konsisten di lokasi yang sulit dijangkau.

Ilmuwan juga mempelajari cincin pohon, inti es, dan deposit sedimen untuk memperoleh informasi tentang iklim masa lalu, membantu mereka memahami variasi iklim sebelum ada rekaman suhu modern. Model komputer yang canggih juga digunakan untuk mensimulasikan kondisi iklim Bumi dan memproyeksikan perubahan suhu di masa depan berdasarkan berbagai skenario emisi gas rumah kaca. Melalui pendekatan-pendekatan ini, ilmuwan dapat memantau dan menganalisis tren pemanasan global serta memperkirakan dampaknya di masa depan.

Pemanasan global memerlukan tindakan kolektif global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, memperkuat praktik pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, dan mengadaptasi infrastruktur untuk menahan dampak perubahan iklim yang sudah tak terhindarkan. Kebijakan, teknologi, dan inisiatif yang mendukung energi bersih, konservasi, dan keberlanjutan sumber daya alam adalah beberapa langkah penting yang perlu dipercepat untuk menangani tantangan global ini.

 

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com