Berjalan Kaki Untuk Jejak Hijau

Berjalan kaki tidak hanya memberikan manfaat kesehatan bagi individu, tetapi juga berkontribusi signifikan dalam mengurangi jejak karbon pemicu perubahan iklim.

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Pagi hari tadi sekelompok kaum muda menjelajahi Kota Solo untuk memaknai langkah sederhana yang dapat memberikan dampak besar.

Di tengah meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim dan perlunya tindakan nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang merupakan penyebabnya, berjalan kaki di kota muncul sebagai salah satu solusi yang efektif dan ramah lingkungan. Berjalan kaki tidak hanya memberikan manfaat kesehatan bagi individu, tetapi juga berkontribusi signifikan dalam mengurangi jejak karbon pemicu perubahan iklim.

Jejak karbon sendiri merupakan jumlah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, seperti penggunaan energi dan transportasi.

Setiap kali seseorang memilih berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan bermotor, ia mengurangi jumlah gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Kendaraan bermotor adalah salah satu sumber utama emisi karbon dioksida, dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan ini, dapat secara signifikan mengurangi jejak karbon. Ini adalah langkah kecil yang, jika diadopsi oleh banyak orang, dapat menghasilkan perubahan besar.

Solo, sebagai kota bersejarah dan pusat kebudayaan, menghadapi tantangan unik terkait dengan pertumbuhan urbanisasi yang cepat dan peningkatan mobilitas penduduk. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di jalan-jalan kota tidak hanya memengaruhi kualitas udara dan kepadatan lalu lintas, tetapi juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat secara umum. Upaya untuk mempromosikan penggunaan transportasi umum dan berjalan kaki di Solo menjadi sangat penting dalam menanggapi tantangan ini.

Karenanya, Climate Reality Indonesia bersama organisasi Jejak Kota menyelenggarakan kegiatan “Green Footprints: Solo. Jelajah Kota Dengan Jejak Karbon Minimum.”

Dengan titik kumpul di halaman Balai Kota Surakarta, peserta dengan membawa botol minum pribadi menyusuri Jalan Jenderal Sudirman, menuju alun-alun utara. Di depan pintu gapura menuju alun-alun utara, Tim Jejak Kota memberikan informasi sejarah pembangunan alun-alun serta fungsinya. Di titik tersebut juga disampaikan sejarah dari jalan Slamet Riyadi. Selanjutya peserta diajak berjalan menuju Kampung Batik Kauman. Di tempat yang merupakan area Kampung Iklim ini, diadakan diskusi dengan warga seputar program yang sudah dilakukan. Kegiatan di antaranya adalah pembuatan kebun vertikal, perpustakaan terbuka, dan ruang seni untuk anak-anak berkreasi.

Berjalan kaki dilanjutkan ke Pasar Pon. Dalam tur ini, selain berjalan kaki peserta juga diajak untuk mengendarai transportasi umum Batik Solo Trans. Perjalanan dilakukan dari halte Pasar Pon, menuju halte Sriwedari 2 Selatan. Di Taman Sriwedari peserta diberikan informasi seputar sejarah Taman Sriwedari, rusa yang sedang berkeliaran di sana, serta pertunjukan wayang orang yang dipentaskan setiap malam. Di Taman Sriwedari, peserta diberikan waktu untuk melakukan pengisian lembar kerja seputar temuan-temuan selama tur jalan kaki dilakukan. Temuan ini yang nantinya akan digunakan untuk presentasi pada sesi diskusi pada akhir acara.

Perjalanan dilanjutkan menuju RM Dhaharan sebagai titik akhir untuk sesi presentasi dan evaluasi setelah menempuh perjalanan dengan jarak total 3,2 km.

Menggalakkan berjalan kaki dan mendorong transportasi umum dapat mendorong perencanaan kota yang lebih berkelanjutan. Kota-kota yang ramah pejalan kaki cenderung memiliki lebih banyak ruang terbuka hijau, jalur pejalan kaki yang aman, dan infrastruktur yang mendukung transportasi non-bermotor.

Jalur pejalan kaki yang aman, nyaman, dan estetik dapat menarik lebih banyak orang untuk berjalan kaki. Selain itu, keberadaan taman dan ruang terbuka hijau yang terawat baik menyediakan tempat istirahat dan rekreasi yang menyenangkan bagi pejalan kaki.

Ruang terbuka hijau tidak hanya menyediakan tempat rekreasi bagi penduduk kota tetapi juga membantu menyerap karbon dioksida dan memitigasi efek pemanasan global. Dengan demikian, perencanaan kota yang mendukung berjalan kaki dapat menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan lebih ramah untuk semua.

Climate Reality Indonesia merencanakan kegiatan “Green Footprints” untuk kota-kota menarik lain di Indonesia, dan mengajak komunitas lokal untuk juga berpartisipasi.

Melalui kegiatan ini, peserta diajak untuk menjelajahi dan menghargai kekayaan budaya serta sejarah kota yang sering kali terabaikan. Menyoroti area hijau dan landmark bersejarah dapat menjadi ajang edukasi sambil beraktivitas fisik.

Selain itu, memberikan kesempatan bagi peserta untuk merasakan langsung manfaat berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum, yang tidak hanya menguntungkan lingkungan tetapi juga kesehatan pribadi.

Green Footprints juga bertujuan untuk menciptakan komunitas yang peduli dan berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan. Dengan bergabung dalam acara ini, peserta diharapkan dapat menjadi penggerak perubahan dalam menjalani gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Bersama-sama, kita dapat mengambil langkah-langkah kecil, meninggalkan jejak hijau yang membawa dampak besar bagi bumi yang lebih hijau dan bersih.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com