Menarilah untuk Bumi dan Manusia

Di Indonesia, dengan jumlah tarian yang mencapai ribuan, menari untuk bumi dan manusia bukanlah hal yang baru.

Ilustrasi: Muid/GBN.top

“Penari dan koreografer perlu mendengarkan dengan lebih seksama tentang suka dan duka di dunia, menggunakan tarian untuk melengkapi dialog yang telah kita lakukan selama ribuan tahun, dengan alam, dan kehidupan. Hidup tidak pernah berakhir, dan menari tidak pernah berhenti."  

Pesan bermakna ini disampaikan oleh Yang Liping, penari legendaris dan koreografer dari Cina dan diedarkan ke seluruh dunia untuk merayakan International Dance Day – Hari Tari Internasional yang setiap tahunnya diadakan pada 29 April. Penulis pesan dipilih oleh Komite Tari dan Dewan Eksekutif International Theatre Institute.  

Tujuan dari Hari Tari Internasional yang pertama kalinya diadakan 41 tahun lalu adalah mempromosikan tarian dalam segala bentuknya di seluruh dunia, serta menyadarkan masyarakat akan nilai tarian. Selain itu juga untuk mendorong komunitas tari mempromosikan karya mereka dalam skala luas,  menikmati tarian demi diri sendiri, maupun berbagi kegembiraan menari dengan orang lain.  

Di dunia saya, kata Yang Liping, tarian telah terjalin ke dalam kehidupan dan keberadaan sejak masa kanak-kanak. Tarian selalu menjadi kunci yang membuka komunikasi manusia dengan alam dan semua makhluk hidup. Di kampung halaman saya, ada pepatah: “Jika anda memiliki kaki tetapi tidak bisa menari, berarti anda menyia-nyiakan hidup ini.”

Semua inspirasi kreatif untuk tariannya berasal dari alam dan kehidupan, seperti cemerlang cahaya bulan, tampilan bulu burung merak, transformasi kupu-kupu dari kepompong, cara capung meluncur di permukaan air, cara ulat menggeliat, maupun cara semut membentuk antrian. Menurut Liping, tarian itu menjadi satu dengan alam dan kehidupan—itulah hakekat tari yang sebenarnya.  

Di Indonesia, dengan jumlah tarian yang mencapai ribuan, menari untuk bumi dan manusia bukanlah hal yang baru. Beberapa tarian Indonesia bahkan masuk dalam daftar UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage), yaitu berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan, instrumen, objek, artefak, dan ruang budaya yang terkait.   

Di antara tarian tersebut adalah tari Saman dengan gerakan-gerakan yang melambangkan kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo dan lingkungan alamnya. Juga terdaftar tiga genre tari tradisional di Bali yang terinspirasi oleh alam dan melambangkan tradisi tertentu, adat istiadat, dan nilai-nilai agama.  

Dua minggu lalu pada pembukaan pameran Hannover Messe 2023 di Jerman, tarian dari berbagai pulau di Indonesia tampil memukau yang hadir. Seperti dilaporkan situs web Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, tari janger dari Bali membuka rangkaian penampilan yang disebut sebagai Indonesia cultural diversity. Disusul dengan tari Ampar-ampar pisang dari Kalimantan, tari Lir Ilir dari Jawa, dan tari Yamko Rambe Yamko, dari Papua. Pertunjukan tarian dikombinasikan dengan animasi multimedia, teknologi hologram, dan pencahayaan yang dinamis sehingga suasana panggung menjadi lebih hidup.  

Perayaan International Dance Day yang jatuh pada hari ini dapat diselenggarakan dan dipromosikan oleh siapa pun dan di manapun di seluruh dunia. Kegiatan yang diikuti juga dapat sangat beragam, seperti belajar menari, menonton pertunjukan, menyebarkan pesan tentang hari tari internasional baik melalui media massa maupun media sosial, membaca buku atau menonton film tentang tarian, menyelenggarakan kegiatan khusus seperti workshop atau webinar dengan penari, mengadakan festival tari jalanan, dan banyak lagi.

Adapun acara utama Hari Tari Internasional 2023 berlangsung di Shanghai dengan malam gala pada hari ini pukul 18.15 – 20.00 WIB yang dapat disaksikan secara live di sini. Tema acara berjudul Dance: The Dialogue with Nature, Life and the World – Menari: Dialog dengan Alam, Kehidupan, dan Dunia.  

Yang Liping juga akan menampilkan tarian dari karyanya yang terkenal,  diiringi pesan: “sebagai manusia, kita harus menghormati alam, belajar dari alam, dan selaras dengan alam, seperti halnya bumi, gunung, dan langit.”

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com