Menerangi Bayangan di Bulan

Dengan segala keajaibannya, bulan bukan hanya menjadi pemandangan indah di langit malam, tetapi juga komponen vital yang memengaruhi dan memperkaya kehidupan di bumi

Ilustrasi: Muid/GBN.top

Bulan, dengan segala misteri dan pesonanya, lebih dari sekadar benda langit yang menerangi malam. Sebagai satu-satunya satelit alami bumi, ia menawarkan berbagai manfaat dari segi ilmiah, budaya, hingga lingkungan hidup. 

Gravitasi bulan menciptakan pasang surut lautan yang mendukung ekosistem pesisir dan aktivitas seperti perikanan serta pelayaran. Perannya dalam menstabilkan kemiringan poros bumi juga memastikan iklim tetap relatif stabil, dan menjaga kehidupan tetap berlangsung dengan baik.

Sejak zaman kuno, bulan telah menjadi panduan navigasi, dan dalam era modern, penelitiannya membantu memahami lebih banyak tentang alam semesta. Bulan juga memiliki makna budaya dan spiritual yang mendalam, terjalin dalam mitos, legenda, dan ritual di seluruh dunia. 

Kalender-kalender besar dunia, seperti kalender Islam dan Tionghoa, berputar mengelilingi siklus bulan, membantu masyarakat menentukan waktu tanam, panen, dan berbagai kegiatan budaya. 

Dengan keelokannya bulan juga menjadi sumber inspirasi abadi bagi seniman, penulis, dan penyair, yang mengabadikannya dalam karya seni dan sastra.

Eksplorasi bulan, dari misi Apollo hingga rencana misi ke Mars, memberikan wawasan berharga tentang tata surya dan mendorong pengembangan teknologi luar angkasa. Bahkan, sumber daya bulan seperti helium-3 memiliki potensi besar sebagai energi masa depan yang bersih dan berlimpah.

Dengan segala keajaibannya, bulan bukan hanya menjadi pemandangan indah di langit malam, tetapi juga komponen vital yang memengaruhi dan memperkaya kehidupan di bumi.

Mencermati berbagai manfaat bulan, atas permintaan Moon Village Association sebagai organisasi nirlaba yang mempromosikan kerja sama global dalam eksplorasi bulan, pada akhir 2021 Majelis Umum PBB menetapkan tanggal 20 Juli sebagai International Moon Day. 

Tanggal ini dipilih untuk mengenang pendaratan manusia pertama di bulan pada tanggal 20 Juli 1969, ketika misi Apollo 11 dari Amerika Serikat berhasil mengantarkan astronot Neil Armstrong dan Buzz Aldrin ke permukaan bulan. 

Eksplorasi dan Pemanfaatan Bulan yang Berkelanjutan merupakan tujuan yang membutuhkan kolaborasi dan pengaturan aktivitas di dalam dan di sekitar Bulan. 

Sejak tahun 2022, Hari Bulan Internasional dirayakan di seluruh dunia dengan berbagai cara. Museum, planetarium, dan pusat sains menyelenggarakan pameran khusus, festival, dan acara pendidikan yang berfokus pada bulan dan eksplorasi luar angkasa. 

Para ilmuwan, insinyur, dan peneliti berbagi penemuan terbaru tentang bulan dan mendiskusikan rencana masa depan untuk eksplorasi bulan. Sekolah dan lembaga pendidikan mengadakan kegiatan belajar tentang bulan, termasuk proyek sains, presentasi, dan eksperimen yang melibatkan siswa. 

Acara pengamatan bulan diadakan untuk umum, sehingga orang dapat melihat bulan melalui teleskop dan belajar tentang permukaan serta fitur-fiturnya.

Sebenarnya, tradisi mengamati bulan telah ada sejak zaman prasejarah. Manusia purba telah lama terpesona oleh bulan dan pengaruhnya terhadap bumi, seperti siklus pasang surut air laut dan perubahan fase bulan yang terkait dengan kalender dan waktu tanam. 

Peradaban kuno, seperti Mesir Kuno, Sumeria, Cina, dan Mesoamerika, memiliki pengamatan astronomi yang terfokus pada bulan dan siklusnya. Kalender lunar, yang didasarkan pada fase bulan, telah digunakan dalam berbagai budaya selama ribuan tahun. 

Selain itu, bulan seringkali memiliki makna religius dan spiritual dalam berbagai kebudayaan, dengan berbagai festival dan ritual yang dirancang untuk menghormati dan merayakan bulan.

Di Indonesia, praktik nyawang wulan (menatap bulan) dilakukan pada malam hari, terutama saat bulan purnama, ketika bulan bersinar terang dan penuh di langit, sering kali disertai dengan aktivitas sosial dan spiritual. Ini bukan sekadar kegiatan melihat bulan, tetapi juga merupakan momen refleksi, kontemplasi, dan koneksi dengan alam serta nilai-nilai leluhur.

Di Jepang, tradisi mengamati bulan disebut "tsukimi" atau "otsukimi," yang secara harfiah berarti "melihat bulan." Ini biasanya dirayakan pada musim gugur dengan mengamati bulan purnama dan menikmati makanan khas seperti kue beras.

Di Amerika Serikat dan Kanada, Harvest Moon Festival merayakan bulan purnama terdekat dengan titik balik musim gugur, menandai akhir musim panen. Ini diramaikan dengan acara-acara seperti pasar panen, festival makanan, dan berbagai kegiatan luar ruang untuk bersyukur atas hasil panen dan mempererat hubungan komunitas.

Hari Bulan Internasional 2024 bertepatan dengan ulang tahun ke-55 misi Apollo 11, dan bertema Illuminating the Shadows - Menerangi Bayangan. Sasarannya untuk merenungkan aspek-aspek bulan yang belum diketahui dan mencari pengetahuan secara berkesinambungan. 

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com