Solusi Lintas Ilmu, Negara, dan Generasi

Kajian tentang penyebab masalah lingkungan akan terus berkembang dan memang diperlukan untuk mencari solusi teknisnya yang memerlukan penanganan lintas ilmu, lintas Negara, dan juga lintas generasi

Kesejahteraan manusia di manapun di dunia sangat tergantung pada alam sekitarnya. Semua bisnis mengandalkan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kira-kira setengah dari produk domestik bruto (PDB) dunia, sangat tergantung pada alam dan tanpa itu tidak mungkin untuk mempertahankan separuh PDB lainnya.  

Apa yang sekarang terjadi adalah dunia, termasuk Indonesia,  yang dilanda gelombang polikrisis, yaitu menyatunya berbagai tantangan jangka panjang yang dihadapi umat manusia dalam beberapa dekade terakhir, sehingga menimbulkan dinamika tersendiri dan bedampak pada kesejahteraan manusia.  

Polikrisis merupakan gabungan risiko sistemik global seperti perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, pandemi, melebarnya kesenjangan ekonomi, ekstremisme ideologis, dampak sosial digitalisasi, meningkatnya kerusuhan sosial dan politik, migrasi paksa berskala besar, dan meningkatnya bahaya perang nuklir.   

Penyebab utama berbagai masalah yang ada berkisar pada tragedi kepemilikan bersama (tragedy of the commons), yaitu situasi ketika sekelompok orang memiliki akses ke sumber daya bersama, yang kadang-kadang gratis. Masing-masing kemudian bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, berusaha memperoleh manfaat sebesar-besarnya sampai sumber daya tersebut habis atau tidak ada lagi faedah yang dapat diperoleh.  

Kajian tentang penyebab masalah lingkungan akan terus berkembang dan memang diperlukan untuk mencari solusi teknisnya yang memerlukan penanganan lintas ilmu, lintas Negara, dan juga lintas generasi.  

Lintas ilmu karena perlunya berbagai disiplin ilmu yang terlibat untuk mencari solusi terbaik dari sisi sains, teknologi, ilmu lingkungan, kehutanan, ekonomi, kemasyarakatan, hukum, tata kelola pemerintahan, transformasi sosial, hubungan intenasional, perdagangan dan banyak disiplin ilmu lainnya.  

Berbeda dengan gangguan konvensional, pada kasus global seperti krisis iklim, pencemaran udara, kelangkaan air, dan sampah plastik di lautan, sejumlah negara yang menyebabkan masalah tidak selalu merasakan akibatnya, sehingga solusinya pun harus lintas Negara.  

Lintas generasi penting karena melibatkan kaum muda kini menjadi fokus utama pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga pendidikan. Peran kaum muda dalam menghadapi krisis lingkungan saat ini menjadi menjadi fokus utama pemerintah, masyarakat sipil, lembaga pendidikan, dan organisasi internasional di berbagai negara. Hal ini karena populasi dunia sedang meningkat dan akan menjadi sekitar 10 miliar pada tahun 2050, dengan proporsi orang muda sebesar 13,5 persen. Generasi muda akan memegang peranan penting, dalam berjuang agar para pemimpin dipastikan membela Bumi yang menjadi yurisdiksi mereka di masa datang.  

Beberapa tokoh dunia menyatakan bahwa para pemimpin dunia bereaksi sangat lambat terhadap berbagai persoalan lingkungan. Ini karena kehidupan manusia lebih terkonsentrasi di kota, sehingga tidak menyadari apa yang terjadi di jagat raya. Selain itu salah satu masalah para pemimpin dunia adalah mereka terlalu banyak bicara dan terlalu sedikit mendengarkan.  

Setidaknya cara bagaimana mengatasi berbagai kasus yang ada sudah dipikirkan atau ditemukan oleh kelompok peneliti maupun perwakilan instansi pemerintah ataupun sektor swasta. Namun, selain solusi teknis modern, ada pula kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sayangnya, kearifan yang umumnya mencakup nilai-nilai, budaya dan ideologi ini kadang luput dari perhatian masyarakat luas.  

Berbagai upaya menyikapi masalah lingkungan hidup yang dilakukan oleh individu, korporasi, maupun pemerintah, akan memperoleh hasil maksimal jika pelakunya memiliki sustainability mindset, atau pola pikir keberlanjutan. Ini merupakan cara berpikir (thinking) dan menjadi (being) yang memengaruhi individu untuk bertindak (doing) demi kebaikan planet dan manusia. Dengan kata lain, pola pikir ini adalah lensa yang digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan informasi, dan membuat keputusan.  

Pola pikir demikian dapat dikembangkan melalui empat hal. Pertama, pandangan ekologi, yang  meliputi pemahaman tentang lingkungan hidup dan bagaimana peran diri dalam masalah yang ada. Kedua, perspektif sistem, dengan mengetahui tentang pendekatan jangka panjang, dan bahwa segala sesuatu saling terkait. Ketiga, kecerdasan emosional meliputi inovasi, refleksi dan kesadaran diri. Sedangkan keempat adalah kecerdasan spiritual mencakup tujuan hidup, berkesadaran dan kesatuan dengan alam.  

Sanggupkah kita  semua berjuang untuk lingkungan hidup yang layak agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati hidupnya dengan sejahtera, guyub, nyaman, dan tenteram?

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com