Perangkat Indonesia Menuju Negara Maritim - Bagian 2

Pendekatan kesejahteraan melalui aktualisasi kebijakan yang bersifat komprehensif adalah bagian integral perangkat menuju Negara Maritim, dan merupakan kondisi prasyarat yang cukup mendesak.

Poros Maritim dan Center of Gravity Dunia merupakan Kawasan Masa Depan Dunia karena:

1. Kekuatan Industri Dunia sejak era Renaissance yang pada awalnya berada di Benua Eropa dan Amerika Serikat di abad ke-21, beralih ke wilayah Benua Asia, terutama wilayah Asia bagian Timur atau Pantai Barat Lautan Pasifik.

2. Sedangkan pusat energi yang awalnya berada di Timur Tengah, dengan semakin berkurangnya fossil energy, akan beralih ke wilayah Pasifik Barat. Terutama Indonesia, dan tumbuh berkembangnya masa depan energi baru: biofuel, angin, matahari, kekuatan air (air terjun, pasang surut, dan lain-lain), dan energy battery yang ramah lingkungan.

3. Wilayah Negara Indonesia yang letaknya secara geografis berada di antara Benua Australia (yang kaya akan hasil pertambangan dan pangan) dan daratan Benua Asia dengan penduduk 4,3 miliar jiwa, merupakan 60% populasi dunia dengan memiliki perkembangan ekonomi tertinggi di dunia saat ini, yang merupakan pasar dan kekuatan ekonomi masa depån dunia.

4. Negara Indonesia terletak di pusat lintasan pelayaran dunia, di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta merupakan lintasan 60% rute dari kapal-kapal Niaga dan kapal Perang, yang merupakan kepentingan politik global negara adidaya dan adikuasa.

5. Selat Malaka, selat Sunda dan selat Lombok merupakan 3 Check Point dunia terpenting saat ini, dan merupakan celah pintu masuk terpenting menuju Laut Natuna Utara/Laut China Selatan yang dipersengketakan oleh negara-negara sekitarnya. Karena, merupakan jalur pelayaran strategis yang kaya akan kekayaan alam, dan lintasan menuju Kawasan Industri Asia Timur serta sebaliknya.

6. Populasi Indonesia yang saat ini mencapai 270 juta penduduk. Pada abad 21 ini memasuki masa bonus demografi, dimana 60% penduduknya merupakan usia produktif. Ini merupakan potensi tenaga kerja luar biasa, terutama bila kualitasnya unggul dan dilatih dengan baik, sehingga dapat mempercepat Pembangunan Nasional.

7. Perlu dimanfaatkan dalam Pembangunan Nasional adalah kearifan budaya bangsa, yang ditemukan pendiri bangsa saat perjuangan kemerdekaan, yaitu pola dasar dan landasan berpikir Bangsa Indonesia: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan Gotong Royong atau kebersamaan bekerja, bukan pola pikir Bangsa Barat yaitu liberalisme dan individualisme.

Pola dasar landasan berpikir tersebut telah dibuktikan berhasil dalam perjuangan sehingga membawa kemerdekaan Bangsa Indonesia dan memiliki kebersamaan corak pada negara-negara Asia Timur dalam pembangunan ekonominya, sehingga mendapat sebutan menjadi Macan Ekonomi Asia.

Baca juga: Perangkat Indonesia Menuju Negara Maritim - Bagian 1 

Dalam percepatan Pembangunan Nasional menuju 100 Tahun Bangsa Indonesia merdeka pada tahun 2045, maka peran Perguruan Tinggi, hendaknya ditingkatkan, karena dapat berfungsi sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan Policy Triple Helix Development: dimana terciptanya sinergitas kerja antara Perguruan Tinggi – Pemerintah – Pengusaha.

Perguruan Tinggi, berikut jajarannya di kampusnya, sangat penting dalam menciptakan lumbung sumber daya manusia/SDM yang menghasilkan:

1. Sarjana Pejuang yang bertekad membangun NKRI.
2. Sarjana Terampil Pengelola/Interprener dan Pejuang.
3. Sebagai Wadah Penelitian/Research. Persatuan Alumni Perguruan Tinggi hendaknya dijadikan wadah perekat dalam menciptakan suasana yang harmonis antara Pemerintah – Pengusaha – Perguruan Tinggi.

Penutup

Oleh karena itu, dalam konteks Pembangunan Nasional, baik karakternya maupun corak pembangunannya, perlu diperhatikan faktor geografis, demografis dan historis dari setiap daerah dan proyek sebagai pedoman penyelenggara negara dan pemerintah, agar pelaksanaan nation building dan state building Indonesia berlangsung harmonis.

Patut disadari bahwa di balik keunikan Bangsa Indonesia yang dimaksud tersebut, juga terkandung berbagai kerawanan yang berpotensi dalam kelangsungan hidup atau eksistensi, yaitu menurunnya jati diri Pancasila yang tentunya akan menjurus ke regenerasi Bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mendeteksi, mencegah, mengatasi dan meniadakan dampak negatif kerawanan potensial pada Negara Indonésia di bidang-bidang: politik, ekonomi, sosial dan pertahanan.

Untuk keperluan dimaksud, pendekatan kesejahteraan melalui aktualisasi kebijakan yang bersifat komprehensif adalah sebagai bagian integral perangkat menuju Negara Maritim, dan hal ini merupakan kondisi prasyarat yang cukup mendesak. Tujuannya adalah adalah melakukan “damage recovery” akibat deviasi dalam penetapan Policy Nasional di dalam tugasnya memberikan kesejahteraan bangsa menuju Negara Indonesia Raya.

 

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com