Penggunaan LPG 3 Kg Akan Segera Berakhir, Diganti Pipa Gas Langsung ke Dapur

“Tidak lagi harus menggotong-gotong gas melon 3 kilogram. Cukup mereka membuka keran, dan kompor langsung menyala,”kata Menteri ESDM Arifin Tasrif

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemerintah sedang membangun pipanisasi gas bumi ke dapur untuk menggantikan penggunaan gas LPG 3 kg

Gas Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram (kg) tampaknya bakal segera ditinggalkan. Penggunaanya bakal segera digantikan oleh sambungan pipa yang langsung menuju dapur rumah tangga. Pasalnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini dikabarkan tengah menggenjot proyek pembangunan pipa transmisi gas bumi terkoneksi ke rumah tangga. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan tindakan mempercepat penyelesaian proyek tersebut demi mengurangi penggunaan LPG 3 kg.

Saat memberikan keterangan di Kantor Kementerian ESDM, seperti dikutip dari cnbcindonesia.com, pada Rabu 23 Januari 2024, Arifin menerangkan saat ini proyek pipanisasi gas bumi yang dikerjakan pemerintah berada di Kota Dumai, Provinsi Riau. Pipa yang dipasang sepanjang 400 kilometer (km) hingga Sei Mengkei, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Selain itu Kemeterian ESDM juga mengarap proyek pipanisasi gas bumi sejauh 225 km, dari Kota Cirebon, Jawa Barat hingga Kota Semarang, Jawa Tengah.

Arifin menjelaskan pembangunan pipanisasi penting untuk mengoptimalkan transmisi interkoneksi antara kota. Tidak hanya kota besar koneksi melalui sambungan pipa juga bakal menjangkau kota-kota kecil yang terlintasi proyek tersebut.

“Apa pentingnya transmisi gas ini? Kita mengoptimalkan transmisi interkoneksi antarkota ini agar kota-kota besar yang terlintas maupun kota kecil bisa terlintasi sambungan pipanya. Ini akan kita sambung lagi untuk membangun jaringan gas di kota-kota. Ini tempat hub-hub yang akan dilalui jaringan gas tersebut,” ungkap Arifin.

Mantan Duta Besar RI untuk Jepang dan Federasi Mikronesia ini menambahkan proyek pipanisasi gas bumi diprediksi bakan membuat pemerintah menghemat devisa karena bisa mengurani impor LPG. Arifin mengatakan saat ini Indonesia mengimpor LPG 5-6 ton per tahun. Apalagi, tutur Arifin, porsi gas bumi untuk kebutuhan domestik berpotensi makin membengkak, sementara tren ekspor makin menciut.

Selain itu dengan pipanisasi gas bumi masyarakat juga jadi lebih mudah. Tidak lagi harus menggotong tabung gas LPG atau yang dikenal dengan gas melon. Nantinya menurut mantan Direktur Utama PT Pupuk Indonesia ini masyarakat hanya perlu membuka keran dan kompor di dapur bisa langsung menyala.

“Selain juga menghemat devisa, kita juga mempermudah masyarakat untuk bisa mendapatkan energi di rumah. Tidak lagi harus menggotong-gotong gas melon 3 kilogram. Cukup mereka membuka keran, nyala lah dapurnya itu. Ini yang harus kita upayakan dan dengan adanya infrastruktur ini, walaupun sekarang sudah ada, kita harus segera mendorong jaringan gas itu untuk bisa masuk ke konsumen rumah tangga,” tuturnya.

Arifin menambahkan bersamaan dengan pembangunan pipanisasi, pemerintah juga akan menggenjot suplai gas dari sumber-sumber dalam negeri. “Kita akan memanfaatkan gas ini untuk mendukung fase transisi energi kita,” pungkasnya.

Jurnalis GBN

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com