Walhi Ungkap Sungai di Maluku Utara Rusak Akibat Hilirisasi Nikel

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyebut cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar membohongi publik karena mengatakan hilirisasi sebabkan kerusakan lingkungan

Kondisi sungai di Maluku Utara yang rusak akibat hilirisasi nikel (foto: tempo)

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) pun turut berkomentar soal hilirisasi nikel. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang fokus pada kelestarian lingkungan itu mengatakan hilirisasi industri nikel telah merusak lingkungan di Maluku Utara.

Saat memberikan keterangan, seperti dikutip dari tempo, Senin 29 Januari 2024, Manager Advokasi Tambang Walhi Maluku Utara Mubaliq Tomagola mengatakan sungai-sungai si Maluku Utara rusak akibat proyek strategis nasional (PSN) itu.

Sungai yang rusak diantaranya adalah Sungai Akejira dan Sungai Ake Kobe yang melewati Desa Woekop, Desa Worjerana, Desa Kulo Jaya, dan Desa Lukulamo, Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah.

"Air sungai tampak berwarna merah kecoklatan sangat persis menunjukkan bahwa air tersebut terkontaminasi tanah galian ore nikel," ujar Mubaliq.

Kerusakan sungai telah terjadi sejak 2018. Sampai saat ini air sungai masih keruh akibat akibat terkontaminasi ore tambang nikel. Warga pun kini kehilangan akses terhadap air bersih yang sebelum didapat dari dua sungai tersebut.

Walhi menduga kerusakan lingkungan Sungai Akejira dan Sungai Ake Kobe akibat operasional beberapa tambang nikel, seperti PT Weda Bay Nickel (WBN) dan PT Tekindo Energi. Pasalnya lokasi PT WBN berada di hulu kedua sungai itu.

Sungai lain yang juga mengalami kerusakan adalah Sungai Sageyan di Kampung Sagea, Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah. Mubaliq mengungkapkan aliran sungai berubah warna menjadi merah kecoklatan padahal tidak ada hujan di kawasan itu.

Kuat dugaan kondisi tersebut akibat operasional tambang PT WBN di hulunya. Padahal menurut Mubaliq, Sungai Sageyen merupakan objek ekowisata sekaligus sumber air minum warga di kampung Sagea.

Mubaliq menambahkan kondisi serupa juga terjadi di Sungai Sangaji, Maba, Kabupaten Halmahera Timur sani Sungai Toduku, Obi, Kabupaten Halmahera Selatan. Penyebabnya pun sama, yakni hilirisasi nikel.

Sebelumnya isu kerusakan lingkungan sebagai dampak hilirisasi industri nikel menjadi topik yang mencuat saat debat cawapres, Minggu 21 Januari 2024. Saat itu cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyebut proyek hilirisasi adalah industri ugal-ugalan.

Akibat pernyataan itu Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyey Cak Imin telah membohongi publik dan menyebarkan berita palsu.

"Jangan munafik, membohongi publik dengan menyebarkan berita-berita palsu. Apalagi Anda (Cak Imin) mau jadi pemimpin," kata Luhut.

Berbicara melalui unggahan di akun Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu 24 Januari 2024, Luhut pun mengundang Wakil Ketua DPR RI itu ke Morowali, Sulawesi Tengah untuk melihat proyek hilirisasi di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP).

"Saya pengen sebenarnya mengundang Muhaimin tuh berkunjung ke Weda Bay, Morowali untuk lihat sendiri. Seeing is believing," ujar Luhut.

Cak Imin pun membalas dan menyatakan siap menghadapi tantangan Luhut. Ketua Umum PKB ini bahkan menantang balik Luhut buka-bukaan data untuk mengungkap dan membuktikan proyek hilirisasi ugal-ugalan.

Cak Imin mengatakan hilirisasi telah menimbulkan kerusakan yang cukup besar. Manfaat yang dihasilkan tidak sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan.

"Siap saja (bertemu Luhut). Kita tiap saat bisa ngecek antara, apa ya bahasa NU-nya, mudarat dan manfaatnya," kata Cak Imin saat berbicara di Tulungagung, Jawa Timur, Kamis 25 Januari 2024.

Jurnalis GBN

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com