Di Balik Seribu Wajah Panji Gumilang

Seribu wajah Panji Gumilang adalah potret kecil dari pertautan bisnis, kekuasaan, politik dan ideologi yang sedang bermain di negeri ini.

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Kontroversi pesantren Al-Zaytun merupakan cerminan seribu wajah dari Panji Gumilang, karena Panji Gumilang merupakan “penguasa tunggal” pesantren tersebut. Meski ada sistem dan institusi (yayasan, perusahaan, madrasah) namun hampir seluruh mekanisme pengelolaan pesantren tersebut berjalan atas kuasa Panji Gumilang. Pendeknya kekuatan tunggal Panji Gumilang melampaui semua aturan formal kelembagaan. Panji Gumilang adalah sistem dan aturan itu sendiri, demikian informasi dari orang-orang yang pernah aktif di Al-Zaytun yang ada di berbagai media.

Wajah Panji Gumilang yang pertama adalah sebagai seorang aktivis NII. Wajah ini terlihat dari pengakuan yang disampaikan beberapa orang dekat dan mantan pengurus NII. Menurut pengakuan mereka, mayoritas wali santri di Al-Zaytun, sekitar 80 sampai 90 persen adalah anggota NII. Jejak NII Panji Gumilang juga terlihat dari penyidikan polisi 2011 yang menyebutkan adanya penyerahan uang dari Mizan Sidik alias Toto Dwihartanto, yang diduga Gubernur NII Wilayah Jawa Tengah kepada Panji. Pada penyidikan tersebut, terdapat bukti tanda tangan Menteri Keuangan NII Iskandar Saefullah, sebagai tanda terima penyerahan uang. 

Pengamat terorisme sekaligus mantan Anggota NII Komandemen Wilayah 9 Al Chaidar membenarkan, Panji membangun Al-Zaytun dari sumbangan anggota NII. Namun, dalam perjalanan waktu, Al Chaidar mengatakan anggota NII merasa ditipu Panji Gumilang. Sebab, uang sumbangan yang disetor untuk dana perjuangan NII diduga dipergunakan Panji untuk memperkaya diri sendiri.

Dalam program Binayatul Maliah Negara Islam Indonesia (NII), ada delapan pos keuangan negara yang harus dipenuhi, yaitu nafaqah daulah atau infaq, harakah Idihor, harakah qirad (obligasi negara), harakah Ramadhan, harakah qurban, aqiqah, berbagai macam sedekah khas (khusus) atau pendanaan strategis, dan pos tabungan pendidikan anak. untuk memenuhi delapan pos keuangan tersebut, kader dari kalangan mahasiswa tentu tidak mampu secara ekonomi. 

Mantan aktivis NII pada 1996 sampai 2001 Sukanto mengungkapkan, delapan pos keuangan tersebut harus dipenuhi oleh kader NII, serta harus mencari orang. Karena itu, NII akhirnya mendoktrin mereka dengan menyatakan bahwa di luar kelompoknya kafir dan berada dalam kondisi perang. Akhirnya, berbagai cara pun dilakukan oleh mereka walaupun dengan cara yang tidak halal.  

Selain Sukanto, ada beberapa eks aktivis lain yang memberikan testimoni tentang keterkaitan Panji Gumilang dengan gerakan NII KW 9, diantaraya Dede Syarifudin alias Syaeful Bahri, Ken Setiawan pendiri NII Crisis Center, Leny Siregar, serang wali santri yang memberikan testimoni di TV One dan Metro TV. Beberapa testimoni eks anggota NII ini dipaparkan oleh Umar Abduh, dalam buku berjudul "Membongkar Gerakan NII di Balik Pesantren Mewah Al-Zaytun".

Terlepas benar tidaknya keterkaitan antara Panji Gumilang dengan NII, dalam konteks ini, terjadi proses kapitalisasi agama. Di sini Panji Gumilang menggunakan simbol, doktrin dan teks agama untuk mendapatkan materi. Sebagaimana dijelaskan oleh para eks anggota NII, mereka dibebani berbagai setoran material sebagai bentuk perjuangan mewujudkan negara Islam. Doktrin itu mempengaruhi kesadaran warga NII untuk berbuat apa saja demi mendapatkan materi untuk disetorkan pada Panji Gumilang. Ada yang menjual aset pribadi, menipu orang tua bahkan ada yang mengaku sampai jadi perampok untuk disetor kepada Panji Gumilang   

Posisinya sebagai pemimpin NII yang dapat menggerakkan anggotanya untuk mengumpulkan materi, Panji Gumilang memperluas dan memperkuat kapital sosial dengan membangun jaringan ke para politisi dan elite negeri. Banyak para pejabat dan politisi tertarik pada gerakan Panji Gumlang. Untuk memperkuat jaringan dan meyakinkan para kolega, Panji Gumilang tidak menampakkan wajah sebagai ketua Pemimpin NII, tetapi tampil dengan wajah pengusaha. Wajah radikal sebagai pemimpin NII disimpan dalam lipatan sambil sesekali ditampakkan di hadapan para naggota untuk sekadar merawat jaringan antar mereka. Wajah kedua Panji Gumilah adalah sebagai pengusaha dan pendidik

Dalam wajah pengusaha ini terjadi kerjasama yang saling menguntungkan (simbiosis mutualistis) antara Panji Gumilang dengan aparat dan pejabat dengan serta politisi. Aparat negara meyakini sosok Panji Gumilang adalah pimpinan gerakan NII yang sudah bertobat dan kembali ke pangkuan NKRI sehingga perlu dibina dan diarahkan. Dengan kata lain, kembalinya Panji Gumilang kepangkuan NKRI merupakan bentuk keberhasilan aparat negara dalam “menjinakkan” gembong gerakan radikalisme Islam yang merongrong negara. Untuk menjaga keberhasilan tersebut, maka beberapa pejabat dan aparat negara memberikan perlindungan, dukungan dan bantuan kepada Panji Gumilang.

Selain mendatangkan keuntungan ekonomi, keberadaan santri, wali santri dan jejaring umat NII juga merupakan kekuatan politik yang banyak menarik perhatian para politisi. Banyak politisi yang mendekati Panji Gumilang untuk mendapatkan keuntungan politik dengan memanfaatkan modal sosial yang dimilikinya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Panji Gumilang untuk mendapatkan materi dan dukungan politik, sehingga membentuk wajah Panji Gumilang sebagai politisi. 

Simbiosis mutualistis antara Panji Gumilang dengan para pejabat dan aparatur negara serta para politisi ini semakin memperkokoh posisinya secara sosial, politik dan ekonomi. Dia semakin leluasa melakukan manuver politik untuk memperkuat jaringan baik kepada para anggota NII maupun dengan para politisi dan pejabat negara. 

Meski mengaku sudah “bertobat” dan kembali ke pangkuan NKRI, namun Panji Gumilang tetap menjaga dan merawat hubungan dengan para anggota NII. Hal ini dilakukan untuk menaikkan daya tawar Panji Gumilang di hadapan aparat maupun anggota NII. Di sini Panji Gumilang memainkan peran ganda. Di hadapan anggota NII dia menyatakan bahwa kedekatannya dengan aparat pemerintah merupakan strategi perjuangan untuk mengelebuhi mereka agar tidak menggangu perjuangan NII. Sementara di hadapan aparat negara dia mengaku bahwa hubungannya dengan para anggota NII merupakan bagian dari upaya membantu aparat membina para aktivis NII. Dengan demikian dia memeperoleh keuntungan ganda, yaitu kepercayaan dari para anggota NII dan perlindungan serta bantuan dari aparat pemerintah.   

Untuk menutupi jejak gerakan NII, Panji Gumilang menggunakan Pesantren Al-Zaytun sebagai modal simbolik. Melalui pesantren ini Panji Gumilang dapat meyakinkan berbagai pihak bahwa dirinya adalah tipe ideal (ideal type) seorang pendidik yang mampu membangun sistem pendidikan modern, mampu mencetak kader bangsa yang moderat dan profesional. 

Secara formal, pendidikan Al-Zaytun tidak mengajarkan ideologi NII. Ideologi gerakan hanya diberikan kepada para aktivis NII secara informal dan tersembunyi. Untuk membangun image sebagai pengusaha profesional, Panji Gumilang membangun beberapa usaha bisnis. Jika menelisik jejak-jejak NII di pesantren tidak akan ditemukan. Yang terlihat justru lembaga pendidikan yang moderat dan aktivitas bisnis yang profesional. Melalui pesantren Al-Zaytun dengan berbagai usaha bisnisnya, citra diri Panji Gumilang sebagai sosok pendidik dan pengusaha semakin kokoh

Beragam wajah yang ditampilkan oleh Panji Gumilang mencerminkan adanya pertarungan ideologi yang berkelindan dengan kepentinggan bisnsis dan politik yang melibatkan sikap pragmatis dari beberapa oknum pejabat dan aparat negara serta politisi. Pesantren Al-Zaytun adalah selubung untuk menutup berbagai kepentingan ideologi, politik dan ekonomi. Di balik kemegahan pesantren Al-Zaytun ada berbagai kepentingan yang sedang bermain. Dan Panji Gumilang adalah aktor sentral dalam permainan tersebut. Untuk menjaga agar permainan dapat berjalan dengan baik, maka Panji Gumiilang harus tampil dengan beragam wajah yang berbeda. 

Inilah yang menyebabkan proses penyelesaian Al-Zaytun menjadi terlihat rumit karena harus mengingkap tabir yang berlapis yang ada di balik wajah Panji Gumilang. Seribu wajah Panji Gumilang adalah potret kecil dari pertautan bisnis, kekuasaan, politik dan ideologi yang sedang bermain di negeri ini.

Kolumnis
Budayawan, Dosen Pasca Sarjana UNSIA Jakarta, Kepala UPT Makara Art Center UI Jakarta

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: [email protected]