Bagaimana kita menafsirkan pengumuman reshuffle (resafel, kocok ulang) kabinet, yang terjadi begitu mendadak, menjelang Pilpres 2024 dan akan selesainya jabatan Presiden Jokowi? Dinamikanya perlu dibaca sebagai bagian dari tarik-menarik gaya gravitasi antar aktor-aktor politik.
Politik seperti pagelaran panggung pertunjukan. Ibarat drama politik perang bintang (Star Wars), menjelang pemilu dan pergantian posisi jabatan politik semakin intensif, menarik, dan seru. Khususnya bagi aktor politik dan parpol yang bermain di atas panggung.
Dan drama "Star Wars" panggung politik Indonesia saat ini mengorbit di seputar tiga planet aktor utama: Jokowi, Megawati, dan Surya Paloh. Tiga figur ini, karena posisi dan karakternya, memiliki daya gravitasi politik personal yang kuat.
Jokowi sebagai Presiden; Megawati sebagai Ketua parpol terbesar; dan Surya Paloh sebagai penantang, yang ingin mengubah konstelasi politik. Inter-realisi, inter-koneksi, dan diskoneksi antara tiga figur itu sedang dan akan "mengharu-merah-biru" panggung pertunjukan politik Indonesia hingga setahun ke depan.
Resafel kali ini, 17 Juli, kuat terkait dengan tarik-menarik gaya gravitasi personal itu. Jokowi sedang ingin menunjukkan pada Megawati dan Surya Paloh sikap posisi politiknya. Ia memangkas "jatah menteri" partai NasDem, sebagai peringatan pada Surya Paloh, sekaligus menunjukkan preferensinya pada Megawati PDIP.
Indikasi adanya diskoneksi antara Jokowi dengan Megawati dan Surya Paloh -- tiga aktor yang semula saling mendukung -- mengarah menjadi seteru secara politik. Alih-alih menggantikan Menkominfo Johnny G Plate, yang tersangkut perkara korupsi, dengan orang Nasdem, Jokowi menunjuk Budi Arie, ketua relawan Projo, loyalisnya, sebagai Menkominfo baru. Sebuah sinyal anti-gravitasi politik Jokowi untuk Surya Paloh dan Megawati.
"Jatah" kursi menteri untuk NasDem di kabinet telah dipangkas. Ada dugaan dua Menteri dari NasDem yang tersisa, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, boleh jadi, juga tinggal soal waktu untuk disingkirkan.
Namun Jokowi, sepertinya, tidak berkomunikasi dengan Megawati, untuk urusan resafel ini. Ia memakai hak preogratifnya untuk mengangkat dan menurunkan menteri-menteri sesuai kepentingannya -- dengan mengacuhkan kepentingan Megawati PDIP. Sudah menjadi "gosip politik" wacana publik, mulai adanya keterbelahan sikap dalam dukung-mendukung sosok capres.
Di atas panggung, Jokowi dan Megawati sepakat mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres. Namun di bawah panggung, skenario baru sedang dirancang. Sejumlah gelagat dan geliat mengindikasikan Jokowi bukan tidak mungkin mengalihkan dukungannya ke Prabowo. Jika mendukung Ganjar Pranowo, satelit yang mengorbit sepenuhnya pada Megawati, ternyata tidak memberi "nilai tambah" pada gaya gravitasi politik Jokowi pasca-lengser sebagai Presiden.
Adanya tarik menarik gaya gravitasi politik antara Jokowi dengan Megawati terindikasi dengan pengangkatan Budi Arie sebagai Menkominfo. Sebagai "asteroid" politik, Budi Arie dikenal sebagai figur yang "pejah gesang nderek Jokowi".
Layaknya asteroid, Budi Arie bisa dilontar-ayunkan untuk menumbuk dan menubruk dalam upaya mengubah atau menggoyahkan konstelasi ruang politik. Untuk mengganggu gravitasi Megawati, sekaligus menambah amunisi Jokowi.
Secara gravitasi politik, Jokowi memang bakal lebih memiliki gaya lebih kuat jika menjadikan Prabowo sebagai satelitnya. Dan me-menkoinfo-kan Budi Arie yang "tegak lurus" padanya adalah manuver konkret untuk upaya mengubah konstelasi politik dan memperkuat posisi gravitasinya. Poinnya, agar Jokowi tetap relevan dalam upaya cawe-cawe politiknya.
Namun manuver, seperti melalui resafel, hanya akan berpengaruh sesuai bobot potensi gravitasi yang ada -- baik yang mengangkat atau diangkat. Sebagai bintang (matahari), Jokowi memang cukup memiliki gravitasi yang kuat pada 9 tahun periode kekuasaannya.
Namun layaknya bintang dan planet, gravitasi politik Jokowi dalam proses meredup, mulai menyusut. Ini proses alamiah dalam konstelasi politik. Resafel mungkin hanya akan menjadi pertunjukan cahaya asteroid atau meteor, cuma cahaya sekejap yang mengalihkan perhatian. Tapi, tidak akan mengubah secara signifikan kekuatan riil gravitasi dan konstelasi politik.