Bumi Juga Milik Teman Tuli

Bahasa isyarat bukan hanya alat komunikasi bagi teman Tuli di seluruh dunia, tetapi juga bahasa universal yang melintasi batas bahasa lisan atau tulisan.

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Dalam narasi sebagai warga dunia yang memiliki tanggung jawab menjaga Bumi ini, ada kisah yang harus kita dengarkan, yaitu peran teman Tuli yang berkomunikasi dengan bahasa isyarat.

“Bahasa isyarat sangat memukau dan begitu indah bagi saya,” kata Ophira Aryanti, seorang millenial coach dan sahabat untuk teman Tuli. Melalui bahasa ini, tambahnya, pihak yang berkomunikasi selalu bertatapan sepanjang dialog berlangsung, dan tidak terhalang jarak maupun kebisingan lainnya.

Bahasa isyarat adalah bentuk komunikasi visual-gestural yang digunakan oleh mereka yang tuli atau memiliki gangguan pendengaran. Ini adalah bahasa lengkap dengan tata bahasa, kosakata, dan ekspresi budaya mereka sendiri. Ophira, yang mendukung Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) sebagai bahasa ibu bagi teman-teman Tuli, menegaskan bahwa mempelajarinya bukanlah hal yang sulit.

Seiring dengan peringatan The International Day of Sign Languages (Hari Bahasa Isyarat Internasional) setiap 23 September, masyarakat memiliki kesempatan unik untuk mendukung dan melindungi identitas linguistik dan keragaman budaya semua penyandang tuli dan pengguna bahasa isyarat lainnya.

Dalam konteks tantangan global seperti krisis iklim, perhatian terhadap komunitas Tuli dan penyandang disabilitas menjadi semakin penting. Kesadaran akan isu-isu yang mereka hadapi adalah kunci untuk mengambil tindakan yang diperlukan.

Michael Ashley Stein, seorang profesor tamu bidang hukum di Universitas Harvard dan pendiri Harvard Law School Project on Disability, menyoroti fakta bahwa penyandang disabilitas memiliki risiko dua hingga empat kali lebih besar dalam situasi darurat iklim, seperti gelombang panas, angin topan, dan banjir.

Dilansir dari situs Harvard University Center for the Environment, Michael menjelaskan bahwa penyandang disabilitas yang terkena bencana menghadapi tantangan serius, termasuk akses terbatas ke transportasi dan tempat penampungan darurat. Biro Sensus Amerika Serikat menemukan bahwa setelah bencana, 59% pengungsi tuli tidak kembali ke rumah, angka yang empat kali lebih tinggi dari mereka yang tidak memiliki masalah pendengaran.

Perubahan iklim memperkuat marginalisasi yang dialami oleh penyandang disabilitas dan berdampak negatif pada akses mereka terhadap layanan kesehatan, makanan, air, dan infrastruktur. Pendekatan mitigasi dan adaptasi iklim yang melibatkan konsultasi dengan organisasi penyandang disabilitas adalah langkah penting untuk mengatasi hambatan ini.

Bahasa isyarat memiliki potensi untuk meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan komunitas Tuli. Hal ini dapat mendorong tindakan dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, melindungi lingkungan, dan mengurangi risiko bencana.

Setiap negara memiliki bahasa isyaratnya sendiri, seperti American Sign Language di Amerika Serikat atau British Sign Language di Inggris. Bahasa-bahasa ini mencerminkan budaya dan pengalaman penggunanya. Menurut World Federation of the Deaf (Federasi Tuli Sedunia), lebih dari 70 juta orang tuli di seluruh dunia menggunakan lebih dari 300 bahasa isyarat yang berbeda.

Ophira, yang telah menjadi sukarelawan selama 15 tahun dan aktif di komunitas Tuli sejak 2018, berpendapat bahwa apa pun yang bisa dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki disabilitas juga dapat dilakukan oleh teman-teman Tuli, kecuali mendengar. Dengan memberikan akses kepada kampanye dan edukasi yang mereka pahami, kita dapat mendorong kesetaraan dalam kesadaran dan aksi lingkungan.

Kampanye kesadaran lingkungan dapat menjadi lebih inklusif dengan menerjemahkan pesan-pesan kunci ke dalam bahasa isyarat. Simbol-simbol seperti "pengurangan limbah plastik" atau "penanaman pohon," bisa menjadi cara efektif untuk mengomunikasikan pesan kesadaran kepada semua orang, termasuk komunitas Tuli. Media sosial dan platform daring adalah alat yang efisien untuk menyebarkan pesan dan mengajak berpartisipasi dalam upaya pelestarian.

Baru-baru ini, British Sign Language menambahkan bahasa isyarat untuk 200 istilah dalam ilmu lingkungan, memudahkan komunitas Tuli di sana untuk terlibat dalam pertemuan dan pembicaraan penting tentang perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pemanasan global.

Bahasa isyarat bukan hanya alat komunikasi bagi teman Tuli di seluruh dunia, tetapi juga bahasa universal yang melintasi batas bahasa lisan atau tulisan. Dengan bahasa ini, pesan lingkungan dapat disampaikan oleh siapa pun, tanpa terhalang oleh jenis bahasa apa pun.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com