Perubahan Iklim Mengacaukan Ketahanan Air

Dengan tindakan yang tepat dan komitmen global yang kuat, air bersih akan tetap tersedia untuk generasi mendatang, meskipun menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks.

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Warga dunia saat ini dihadapkan pada tantangan serius akibat perubahan iklim yang berdampak besar pada ketahanan air, yaitu keterpenuhan kebutuhan air yang layak dan berkelanjutan untuk kehidupan dan pembangunan, serta terkelolanya risiko yang berkaitan dengan air.  

Data terbaru dari Aqueduct Water Risk Atlas milik World Resources Institute menunjukkan bahwa 25 negara – tempat seperempat penduduk dunia berada – menghadapi stres air yang sangat tinggi setiap tahunnya, dan secara rutin menghabiskan hampir seluruh pasokan air yang tersedia. Stres air adalah rasio kebutuhan air terhadap pasokan air terbarukan, semakin kecil kesenjangan antara pasokan dan permintaan, semakin rentan suatu tempat terhadap kekurangan air.  

Secara khusus, suhu global yang terus meningkat berdampak langsung pada berbagai aspek seperti konsentrasi uap air, awan, serta curah hujan dan pola aliran sungai. Perubahan di suatu wilayah dapat menimbulkan konsekuensi di wilayah lainnya.

Pada beberapa dekade terakhir, cuaca yang semakin ekstrem, perubahan pola hujan, dan kenaikan permukaan air laut telah mengubah lingkungan air secara dramatis. Kondisi ini menciptakan kekacauan yang memengaruhi air sebagai elemen yang sangat penting dalam kehidupan.

Perubahan iklim juga telah membuat air menjadi lebih tidak stabil. Di beberapa tempat, kekeringan yang parah mengancam pasokan air, sementara banjir ekstrem dapat merusak infrastruktur dan berdampak negatif pada berbagai sektor. Ini menjadi pengingat bahwa ketahanan air adalah bagian penting dalam menghadapi krisis iklim.

Yang tidak kalah penting adalah, ketahanan air tidak hanya berkaitan dengan seberapa banyak air yang tersedia, tetapi juga dengan kualitasnya. Perubahan iklim dapat memengaruhi kualitas air melalui peningkatan erosi tanah akibat banjir dan perubahan dalam pola aliran sungai, yang bisa mengancam pasokan air bersih.

Dewan Sumber Daya Air Nasional memaparkan indikator ketahanan air Indonesia berdasarkan 5 pilar atau segmen pengelolaan sumber daya air; yakni konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, peran serta masyarakat, dan sistem informasi sumber daya air. Berdasarkan hasil sementara yang disebarkan melalui kuesioner per 26 Juli 2022, perhitungan indeks ketahanan air tingkat nasional sebesar 77%, Jawa Barat sebesar 72%, DKI Jakarta sebesar 17%, Nusa Tenggara Timur sebesar 37%, dan Maluku Utara sebesar 34%. 

Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan yang komprehensif sangatlah penting. Upaya konservasi air menjadi langkah awal yang sangat krusial, termasuk dalam penggunaan air yang lebih efisien di berbagai sektor dan dalam menjaga ekosistem seperti hutan yang berperan penting dalam menjaga ketersediaan air.

Namun, konservasi saja tidak cukup. Teknologi juga memainkan peran yang besar dalam memantau dan mengelola sumber daya air. Sensor canggih, analisis data, dan perangkat pintar dapat membantu memahami bagaimana air berperilaku dan meramalkan perubahan iklim. Dengan teknologi ini, pemangku kepentingan dapat menjadi lebih responsif terhadap perubahan dalam siklus air.

Perubahan iklim adalah masalah global yang melintasi batas negara. Karenanya, kerja sama internasional menjadi sangat penting dalam upaya membangun ketahanan air di seluruh dunia. Negara-negara perlu berkolaborasi untuk berbagi pengetahuan, teknologi, dan sumber daya dalam menghadapi tantangan yang sama.

Di Afrika, misalnya, program rehabilitasi mata air alami telah diterapkan untuk meningkatkan akses air bersih bagi komunitas yang kurang beruntung. Teknologi daur ulang air limbah telah digunakan di Timur Tengah, untuk menghasilkan air tawar sekunder bagi irigasi tanaman pertanian. Sedangkan beberapa negara di Amerika Selatan meluncurkan inisiatif penanaman pepohonan pengaman di sepanjang sungai-sungai untuk mengurangi erosi dan menjaga kualitas air. Penggunaan pompa air tenaga surya semakin umum di pedesaan di Indonesia, membantu masyarakat mengakses air tanah secara berkelanjutan. Pemasangan sistem pengumpulan air hujan sederhana di komunitas pedesaan juga membantu mengatasi kekurangan air selama musim kemarau.

Dampak perubahan iklim pada air bersih tidak dapat lagi diabaikan. Dengan tindakan yang tepat dan komitmen global yang kuat, air bersih akan tetap tersedia untuk generasi mendatang, meskipun menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com