Satu Jam di Alam Terbuka

Berinteraksi dengan alam meningkatkan daya ingat, mengembalikan perhatian untuk lebih fokus, mengurangi rasa takut dan stres, serta menghasilkan manfaat penurunan denyut jantung, tekanan darah, dan kadar kortisol.  

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Mereka yang memiliki pola pikir keberlanjutan atau sustainability mindset akan melihat dunia dengan cara yang berbeda, serta membuat keputusan yang bermakna. Kemudian akan bertanya pada diri mereka sendiri, mengapa melakukan hal ini, dan perbedaan apa yang dapat terlaksana dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang? Karenanya, berbagai upaya menangani masalah lingkungan hidup akan memperoleh hasil maksimal jika para pelakunya memiliki sustainability mindset.

Salah satu latihan yang dapat dilakukan untuk mengasah pola pikir demikian adalah berada di alam terbuka. Alam dianggap mampu menghasilkan relaksasi dan kenikmatan estetis melalui suara, aroma dan panorama yang berdampak positif pada kesejahteraan manusia.  

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa berinteraksi dengan alam meningkatkan daya ingat, mengembalikan perhatian untuk lebih fokus, mengurangi rasa takut dan stres, serta menghasilkan manfaat penurunan denyut jantung, tekanan darah, dan kadar kortisol.  

Bagi kelompok masyarakat tertentu, seperti banyak di Indonesia, kehidupan memang sudah berbasis alam dan terjalin ke dalam budaya mereka. Untuk masyarakat urban, pengalaman berada di alam akan sangat membantu dalam menghadapi tantangan kesehatan yang buruk, kompleksitas, maupun ketidakpastian dalam kehidupan.  

Saya kemudian mencoba latihan yang dianjurkan oleh Dr. Isabel Rimanoczy seorang peneliti yang mengembangkan prinsip-prinsip pola pikir keberlanjutan. Judulnya “One Hour In Nature with Reflective Essay.” Jadi setelah berada di alam selama satu jam, pelakunya diminta untuk menulis, merefleksikan apa yang dialami.  

Ada sembilan syarat dari Isabel yang harus dipenuhi untuk berdiam di alam terbuka selama satu jam itu: 1. Tanpa telepon seluler. 2) Tidak membawa hewan kesayangan. 3) Tiada teman, atau pasangan. 4) Bukan sambil mengendarai sepeda. 5) Tak berolahraga. 6) Jangan di halaman rumah sendiri. 7) Tidak sambil makan-makan atau piknik. 8) Jangan membawa catatan ataupun menulis. 9) Tanpa membawa dan membaca buku.  

Awalnya saya berpikir untuk pergi ke daerah pegunungan yang sejuk, sekitar 75 km dari Jakarta Selatan. Tetapi karena butuh waktu untuk sampai ke sana, jadi pilihannya ke pantai saja, yang jaraknya 20 km dari rumah. Sekaligus merayakan Hari Laut Sedunia yang jatuh pada 8 Juni dengan tema Planet Ocean: Tides are Changing. Untuk ini masyarakat di seluruh dunia merayakan dan menghormati samudra bersama, yang menghubungkan kita semua.  

Duduk sambil merenung di bawah pohon yang tidak rimbun, di tengah matahari terik di tepi pantai, saya merasakan semilir angin laut, mencium aroma rumput dan mungkin sedikit bau asin? Tidak tertangkap suara ombak karena tempat itu agak ke dalam walaupun masih di pinggir pantai.  

Daun-daun berguguran, warnanya kuning, karena yang hijau masih bertahan di ranting. Saya agak terpana karena secara sengaja belum pernah menyempatkan waktu melihat dedaunan jatuh.  

Terdengar suara-suara alam, khususnya paduan kicau burung, tanpa henti. Mereka ada di dahan beberapa pohon yang agak jauh.  

Mencoba untuk fokus pada hewan di sekitar, apa saja yang nampak? Semut beriringan,  kupu-kupu warna-warni, kepiting berlarian dan bersembunyi di balik pasir, kelompok burung pipit membentuk formasi terbang, burung camar menukik, lebah menyambar, capung melayang, dan tentu saja beragam kerang berserakan. Pasti saya tidak akan pernah memerhatikan begitu banyak makhluk hidup jika bukan karena latihan ini.   

Kepanasan dan kehausan, dalam perjalanan ke rumah, saya cukup takjub dengan pengalaman pagi itu. Ternyata banyak hal yang luput dari pengamatan karena kehidupan dan penghidupan sehari-hari yang cukup keras di ibu kota. Mungkin saya harus mencoba menyikapi suasana di Bumi ini dari berbagai sudut pandang dan mensyukuri anugerah yang datang, seremeh dan sekecil apapun itu.   

Tentunya harus lebih banyak lagi latihan yang dijalankan untuk mengasah pola pikir keberlanjutan. Di kesempatan berikutnya, saya ingin mencoba berada satu jam di alam pegunungan yang sejuk, dan melihat bagaimana beda pengalaman itu nantinya.  

Yang jelas, karena parahnya lalu lintas Jakarta, pagi itu untuk satu jam berada di alam tepi pantai, saya menghabiskan waktu 5 jam dari mulai meninggalkan rumah, sampai tiba di rumah kembali.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com