Mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Gielbran Muhammad Noor mengatakan bakal ada aksi besar yang dilakukan mahasiswa sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu).
Gielbran tidak bisa menjelaskan secara pasti kapan dan dimana demo besar akan dilakukan. Namun ia memastikan sebelum hari pemungutan suara pada Rabu 14 Februari 2024.
"Yang jelas sebelum pemilihan akan ada aksi besar," ujar Gielbran.
Saat menghadiri acara diskusi dengan tema "Tolak Pemilu Curang, Lawan Kekuasaan Partisan" yang diselenggarakan Komunitas Anti KKN & Politik Dinasti (KOMAD) di Gedung Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN), Jalan Penjernihan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu 7 Februari 2024, Gielbran mengungkapkan saat ini mahasiswa tengah melakukan berbagai persiapan.
"Dekat-dekat ini teman-teman mahasiswa sedang bersiap untuk konsolidasi. Semalam teman-teman dari forum BEM sudah melakukan konsolidasi bersama. Hari ini di Yogya juga sudah melakukan konsolidasi bersama," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Gilebran juga memberikan dukungan terhadap civitas akademika dari berbagai kampus yang berani mengritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mahasiswa Fakultas Peternakan ini menegaskan tindakan para guru besar, dosen dan mahasiswa itu mewakili perasaan berbagai elemen masyarakat yang resah dan prihatin melihat kondisi bangsa dan negara.
Etika bernegara sudah terang-terangan dilanggar. Rezim sekarang membangun dinasti dengan merusak konstitusi. Sanksi yang diberikan kepada Mahkamah Konstitusi MK dan Komisi Pemilihan Umum KPU adalah buktinya.
"Negeri ini bukan hanya mengalami state of emergency melainkan juga etik of emergency," ujarnya.
Itulah sebabnya Gilebran tidak terima jika ada pihak yang menuding apa yang dilakukan para profesor dan guru besar adalah tindakan partisan.
"Beliau menyampaikan sebagai dosen, bukan sebagai partisan. Itu yang membuat saya merasa sangat dikaburkan narasi yang dibangun. Sehingga terkesan mendiskreditkan pesan-pesan yang disampaikan oleh profesor-profesor kami," tuturnya.
Gielbran bersyukur karena banyak rektor menolak permintaan kepolisian untuk membuat video berisi pujian terhadap kinerja Presiden Jokowi. Menurutnya masih banyak rektor yang berpikiran waras dengan tidak menuruti perintah tersebut.
"Dan untungnya masih banyak rektor yang waras. Masih banyak rektor yang menolak untuk membuat video tersebut dan justru meramaikan itu di medsos," pungkasnya.