Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp16.183 Per Dolar AS, BI: Akibat Perang Iran-Israel

Konflik di Timur Tengah, terutama serangan Iran ke Israel menyebabkan kekhawatiran pasar akan kemungkinan perang baru meningkat

BI menyebut penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS imbas dari perang Iran-Israel

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Data dari Bloomberg pada Selasa 16 April 2024, pukul 11.42 WIB rupiah dijual seharga Rp16.183 per dolar AS. Nilai tersebut turun 335,50 poin atau 2,12 persen.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS anjlok lantaran terimbas konflik Iran-Israel yang memanas beberapa hari terakhir.

"(Rupiah melemah karena) memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel," kata Edi.

Saat memberikan keterangan seperti diketahui dari Kumparan, Selasa 16 April 2024, Edi menerangkan selama masa libur Lebaran terdapat perkembangan secara global, salah satunya rilis data fundamental ekonomi AS yang semakin kuat.

Data inflasi dan retail sales yang berada di atas ekspektasi pasar. Kedua sentimen global itu menurut Edi menyebabkan menguatnya potensi risk off atau perubahan dalam aktivitas investasi dalam merespons pola ekonomi global. Sehingga mata uang negara berkembang khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS.

"DXY selama periode libur lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106 (bahkan per pagi ini sudah mencapai angka 106,3). Selama libur Lebaran, Pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp 16.000, atau sudah di sekitar Rp 16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut," jelasnya.

Edi menjelaskan BI akan melakukan tiga langkah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pertama, menjaga keseimbangan supply dan demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF. Kedua, meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow. Misalnya melalui daya tarik SRBI dan hedging cost.

"Terakhir, kami akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti dengan pemerintah, Pertamina dan lainnya," pungkas Edi.

Komentar serupa disampaikan pengamat pasar uang Ariston Tjendra. Saat berbicara seperti dikutip dadi Antara, Selasa 16 April 2024, Ariston menyebut konflik di Timur Tengah, terutama serangan Iran ke Israel menyebabkan kekhawatiran pasar akan kemungkinan perang baru meningkat.

Hal tersebut menurut Ariston dapat mengganggu suplai, meningkatkan inflasi, dan memperlambat ekonomi global.

"Sentimen terkait penundaan pemangkasan suku bunga AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik telah menyebabkan penguatan dolar AS dan pelemahan rupiah," katanya.

Ariston menambahkan selama libur Lebaran, rilis data inflasi konsumen Maret sangat diantisipasi, karena dapat memberikan petunjuk kemungkinan pemangkasan suku bunga AS oleh Federal Reserve (The Fed).

Namun, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga AS dalam waktu dekat telah menurun. Selain itu, rilis data produk domestik bruto (PDB) Tiongkok kuartal pertama juga akan memengaruhi pergerakan pasar, dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 4,8 persen.

Jika hasilnya di bawah perkiraan, hal tersebut dapat menambah tekanan terhadap aset berisiko, termasuk rupiah, karena perlambatan ekonomi China dapat berdampak global.

Jurnalis GBN

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com