Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan alasan mengapa Indonesia tidak pernah lagi bisa swasembada pangan. Indonesia saat ini justru menjadi salah satu negara pengimpor bahan pangan terutama beras terbesar di dunia.
Saat berbicara usai meninjau sawah di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Jumat 5 Juli 2024, Jokowi mengatakan salah satu sebabnya adalah perubahan iklim yang menghambat Indonesia bisa memenuhi kebutuhan bahan pangan sendiri.
"Dulu kan kita sudah swasembada pangan, kemudian turun lagi karena ada El Nino, La Nina," katanya.
Jokowi menyatakan perubahan iklim menyebabkan upaya Indonesia menuju swasembada pangan membutuhkan proses yang lebih panjang. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut memproduksi pangan dewasa ini tidak mudah karena perubahan iklim yang tak menentu.
"Ini proses panjang ya swasembada pangan itu. Kadang udah baik, turun lagi karena iklim yang nggak menentu," ujar Jokowi.
Bapak kandung Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka ini menjelaskan perubahan iklim saat ini sangat mempengaruhi produksi pangan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Fenomena El Nino dan La Nina telah menyebabkan produksi pangan tanah air anjlok dalam dua tahun kebelakang.
"Saya kira iklim sangat mempengaruhi produktivitas di semua negara dan dalam dua tahun ini saja, negara-negara yang biasanya produksinya berlebih itu pun juga mengalami penurunan yang tajam," ucap Jokowi.
Data dari United States Department of Agriculture (USDA), pada 2023 volume impor beras giling (milled rice) Indonesia mencapai 3,5 juta ton. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia negara dengan impor beras terbesar kedua di dunia.
Indonesia hanya kalah dari Filipina dengan jumlah impor beras mencapai 3,9 juta ton. Jumlah impor beras Indonesia lebih banyak ketimbang China sebesar 2,6 juta ton dan Uni Eropa 2,25 juta ton.
Negara tetangga di Asia Tenggara, yakni Vietnam dan Malaysia masing-masing 1,8 juta ton dan 1,35 juta ton.
Diperkirakan jumlah beras dari luar negeri yang didatangkan ke tanah air pada 2024 akan bertambah. Pasalnya pemerintah sudah menyepakati penambahan kuota impor beras sebanyak 1,6 juta ton dari kuota awal 2 juta ton. Sehingga sepanjang tahun ini Indonesia berpotensi mengimpor beras 3,6 juta ton.
Direktur Impor Kementerian Perdagangan Arif Sulistiyo dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Senin 26 Februari 2024 mengatakan tambahan impor 1,6 juta ton masih dalam proses.
"Alokasi tambahan (impor beras) 1,6 juta ton saat ini masih dalam proses perubahan neraca komoditas, untuk dapat diajukan permohonan persetujuan impornya," kata Arif.