Sering Joget Tanpa Pedulikan Waktu, Pakar Khawatir Prabowo Punya Masalah Psikis

Berjoget tanpa mempedulikan waktu dan situasi bisa menjadi indikasi Prabowo mengalami executive functioning

Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto berjoget gemoy saat mengikuti debat pertama Selasa 12 Desember 2023

Kondisi psikis Prabowo Subianto tengah menjadi sorotan. Hal ini lantaran calon presiden (capres) nomor urut 2 itu sering terlihat melakukan joget 'gemoy' tanpa memperhatikan waktu dan situasi.

Pakar psikologi forensik Reza Indrari Amriel mengaku khawatir dengan kebiasaan Prabowo itu. Reza mengatakan dirinya tidak merisaukan kondisi fisik Prabowo. Terlebih Menteri Pertahanan itu telah menjalani pemeriksaan kesehatan di rumah sakit.

"Sekarang bukan kondisi fisik Prabowo yang saya risaukan. Toh dia sudah menjalani pemeriksaan di rumah sakit. Joget berulang tanpa memperhatikan konteks acara," kata Reza, seperti dikutip dari Antara, Rabu 13 Desember 2023.

Reza yang adalah pendukung Prabowo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 ini menduga joget gemoy yang diperlihatkan Prabowo adalah strategi branding guna meyakinkan publik bahwa dirinya dalam kondisi sehat.

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini menerangkan strategi branding serupa pernah dilakukan Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump dan mantan Presiden Rusia Boris Yeltsin.

Reza mengungkapkan Trump dan Yeltsin sering terlihat berjoget untuk menunjukkan bahwa keduanya dalam kondisi sehat. Pasalnya baik Trump maupun Yeltsin pernah menderita sakit. Trump terkena Covid-19 pada 2019 dan Yeltsin mengalami serangan jantung pada 1996.

Namun menurut Reza, baik Trump maupun Yeltsin tidak setiap saat melakukan joget. Hanya satu atau dua kali saja, itupun dilakukan di atas panggung dengan iringan lagu. Kedua presiden negara adi daya itu tidak menjadikan joget sebagai strategi branding yang dipertontonkan terus menerus.

Jika pendekatan seperti itu yang dilakukan Prabowo, menurut Reza tidak masalah. Dengan usia Prabowo yang sudah 72 tahun, berjoget bisa menunjukkan bahwa kesehatannya cukup baik dan diharapkan hal itu bisa mempengaruhi persepsi publik.

"No problem. Setiap kontestan Pilpres boleh bikin siasatnya masing-masing," ujar pengajar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) ini.

Namun, Reza menyebut pada titik tertentu kebiasaan Prabowo berjoget bisa menjadi masalah. Yakni saat dilakukan terlalu sering dan tanpa iringan musik. Ditambah dengan Ketua Umum Partai Gerindra itu melakukan joget saat tidak tuntas dalam menjawab pertanyaan.

"Prabowo joget terlalu sering. Tanpa musik pula dan seperti tak kenal situasi. Saat ditanya hal serius, tanpa jawaban tuntas, Prabowo justru "menggenapi" jawabannya dengan berjoget," paparnya.

Alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini menerangkan joget berulang tanpa memperhatikan konteks acara serta pernyataan Prabowo yang sering mengambang bisa menjadi indikasi Prabowo mengalami executive functioning yang terkait dengan kesanggupannya mengelola informasi lalu membuat keputusan yang solid.

Joget yang dilakukan Prabowo lebihbterkesan sebagai bentuk kompensasi dan upaya mengalihkan perhatian audiens. Tindakan itu dilakukan guna menutupi kemampuan berpikir Prabowo yang jauh menurun. Padahal sebagai pejabat negara seharusnya dituntut bisa berpikir strategis secara tuntas di level tinggi.

Reza mengingatkan strategi branding joget yang dilakukan Prabowo bisa menjadi senjata makan tuan. Terutama jika orang-orang di sekitar Prabowo terus mengarahkannya untuk berjoget.

Alih-alih memulihkan pasangan cawapres Gibran Rakabuming Raka ini dari executive functioning, tindakan itu justru mempertumpul kapasitas kognitif Prabowo.

"Sudah hampir dua jam debat berlangsung. executive functioning Prabowo tertakar, dan saya berempati pada beliau," tutur Reza.

Jurnalis GBN

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com