Mahfud MD dan Jalan Panjang Reformasi
Ketika Mahfud MD menyatakan kesediaannya bergabung dalam komite reformasi Polri bentukan Presiden Prabowo, publik langsung menaruh perhatian besar. Bukan hanya karena posisinya sebagai tokoh yang dikenal kritis, tetapi juga karena Polri sedang berada di titik krusial: menghadapi sorotan publik terkait profesionalisme, transparansi, dan integritas.
Mahfud menekankan bahwa problem Polri bukan semata soal aturan. Regulasi sudah ada, bahkan lengkap. Tantangan sesungguhnya ada di budaya organisasi: cara berpikir, pola interaksi, dan perilaku sehari-hari aparat. Inilah yang harus disentuh jika reformasi benar-benar ingin bermakna.
Mengapa Budaya Lebih Sulit Diubah daripada Aturan
Aturan bisa ditulis ulang dalam hitungan minggu. Struktur bisa direvisi dalam beberapa bulan. Tetapi budaya—yang sudah mendarah daging dalam kebiasaan dan cara pandang—hanya bisa berubah perlahan melalui konsistensi, keteladanan, dan sistem yang mendukung.
Di sinilah sering terjadi kegagalan. Banyak institusi mencoba reformasi dengan menambah aturan baru, membentuk komite, atau meluncurkan jargon. Namun tanpa perubahan budaya, semua kembali ke pola lama.
Studi Kasus: PT KAI di Era Ignasius Jonan
Contoh paling nyata di Indonesia tentang transformasi budaya yang berhasil adalah PT Kereta Api Indonesia (KAI) di bawah kepemimpinan Ignasius Jonan.
Beberapa catatan penting proses transformasi di PT. KAI bisa kita lihat sbb:
• Ketegasan Pemimpin: Jonan menindak praktik percaloan dan menegakkan disiplin kerja dengan konsisten. Ia bukan hanya bicara, tetapi juga hadir langsung di lapangan.
• Fokus pada Layanan Publik: Orientasi KAI digeser dari birokratis ke “customer-oriented”. Karyawan diajak merasa bangga melayani pengguna kereta api.
• Perubahan Bertahap: Transformasi dilakukan bertahap, dengan target-target realistis. Peningkatan kebersihan, ketepatan waktu, dan kenyamanan terjadi sedikit demi sedikit, hingga akhirnya reputasi KAI berubah total.
• Hasil Nyata: Dalam beberapa tahun, KAI tidak hanya berubah wajah, tetapi juga membukukan laba triliunan rupiah dan memperoleh kembali kepercayaan publik.
Pelajaran dari KAI jelas: budaya bisa diubah jika ada kombinasi pemimpin yang visioner, sistem penghargaan baru, dan proses yang konsisten.
Tantangan Reformasi Polri
Jika menengok Polri, tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Skala organisasinya besar, fungsinya vital, dan eksposurnya tinggi. Beberapa tantangan utama adalah:
1. Resistensi Internal: Tidak semua aparat siap berubah. Sebagian merasa nyaman dengan pola lama.
2. Ketidakpercayaan Publik: Survei menunjukkan penurunan kepercayaan terhadap Polri. Untuk mengembalikannya, butuh tindakan nyata, bukan sekadar wacana.
3. Kompleksitas Sistem: Budaya kepolisian terbentuk dari interaksi hierarki, politik, dan masyarakat. Perubahan membutuhkan strategi multi-level.
4. Konsistensi Kepemimpinan: Jika reformasi hanya jadi program jangka pendek atau simbol politik, publik akan cepat kehilangan harapan.
Harapan Publik dan Jalan ke Depan
Keterlibatan Mahfud MD membawa legitimasi moral dan intelektual. Ia dikenal vokal, kritis, namun juga realistis. Kehadirannya bisa menjadi jembatan antara aspirasi publik dan birokrasi internal. Namun, mewujudkan transformasi tidak seperti membalikkan telapak tangan dan ekspektasi terhadapnya pun tinggi.
Agar reformasi Polri tidak berhenti sebagai “janji politik”, ada beberapa langkah strategis yang bisa dipertimbangkan:
• Membuat roadmap jelas dengan target terukur dan tenggat waktu.
• Melibatkan pengawas independen dari akademisi, masyarakat sipil, dan lembaga HAM.
• Mengomunikasikan capaian kecil secara transparan dan berkala agar publik melihat progres.
• Memberikan keteladanan perilaku dari pucuk pimpinan hingga level bawah.
Catatan Penulis
Sejarah menunjukkan bahwa perubahan budaya institusi memang sulit, tetapi bukan mustahil. PT KAI pernah dicemooh, sekarang dipuji. Hal yang sama bisa terjadi pada Polri jika reformasi dijalankan dengan konsistensi, keteladanan, dan keterlibatan semua pihak.
Publik menanti, apakah Mahfud MD dan tim reformasi mampu menjadikan Polri bukan sekadar institusi penegak hukum, tetapi juga simbol kepercayaan dan pengayom masyarakat.
Salam Kepemimpinan 💪