POV: Saat Menkeu Turun Langsung ke Medan Eksekusi

Keberhasilannya akan sangat tergantung pada konsistensi, dukungan Presiden, sinergi dengan BI, integritas bank, serta pengawasan publik.

Secercah Harapan dari Sosok BaruAda secercah harapan yang muncul dari langkah-langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa belakangan ini. Awalnya, ia datang menggantikan sosok besar Sri Mulyani dengan bayangan skeptisisme: apakah ia mampu menjaga kredibilitas fiskal, apalagi menggerakkan mesin ekonomi yang sempat dingin?

Saat kebijakan penempatan Rp200 triliun dana pemerintah ke bank-bank Himbara diumumkan, banyak pihak mengernyit. Pasar pun bereaksi dan rupiah sempat tertekan. Bank-bank sendiri malah “tepok jidat.” Salah satu Dirut Himbara terang-terangan bilang mereka hanya bisa serap Rp7 triliun saja. Di titik itu, keraguan publik menyeruak: apakah strategi ini realistis?

Gebrakan Sidak: Dari Level Kebijakan ke Level Eksekusi

Keraguan itu dijawab dengan sebuah gebrakan tak biasa. Purbaya melakukan inspeksi mendadak ke kantor pusat BNI dan ikut duduk di rapat direksi. Ia blak-blakan: “Saya mau lihat bagaimana kerja mereka.”Tindakan ini bukan basa-basi. Ia menunjukkan bahwa kebijakan besar di level kementerian tidak luput dari pengawasan langsung pada level eksekusi. Sebuah gaya kepemimpinan yang jarang kita lihat dari Menkeu sebelumnya. Jika selama ini Menkeu identik dengan menjaga disiplin fiskal dari “menara gading” teknokratis, kali ini gaya yang muncul lebih hands-on, inspeksi, dan memberi tekanan langsung.

Dampak dari Sudut Pandang Kepemimpinan

Dalam literatur manajemen eksekusi strategi ada prinsip penting: “inspect what you expect.” Jangan hanya memberi target, tapi juga turun memeriksa apakah target dijalankan. Inilah yang dilakukan Purbaya.

Dari perspektif kepemimpinan, dampaknya besar:
Kepatuhan meningkat. Direksi bank sadar laporan mereka bukan sekadar formalitas; angka bisa diperiksa langsung.
Sense of urgency tercipta. Sidak memberi sinyal bahwa eksekusi kebijakan harus segera, bukan nanti.
Gap policy–execution dipersempit. Ekspektasi dari kementerian lebih mungkin terwujud di lapangan karena ada pengawasan real-time.

Secara probabilitas, strategi Rp200T yang awalnya realistis hanya 5–6/10 peluang sukses bisa naik menjadi 7–8/10 dengan gaya eksekusi seperti ini.

Karakter dan Kompetensi Kepemimpinan yang Krusial

Apa yang bisa kita pelajari dari sini? Ada beberapa kompetensi kepemimpinan yang krusial untuk mengubah kebijakan besar menjadi keberhasilan nyata:
1. Integritas dan keberanian moral → pemimpin harus punya niat tulus bahwa kebijakan berpihak pada rakyat, bukan elite rente.
2. Hands-on leadership → tidak cukup memberi instruksi; perlu memeriksa, menguji, bahkan menekan organisasi agar bergerak.
3. Kemampuan naratif → membangun cerita bahwa kebijakan ini adalah untuk rakyat, agar publik ikut jadi pengawas.
4. Disiplin eksekusi → menjadikan KPI dan data sebagai alat kontrol, bukan hanya retorika.

Faktor Stakeholders: Purbaya Tak Bisa Sendirian

Meski gebrakan sidak memberi efek kejut, Purbaya jelas tidak bisa bekerja sendirian. Ada stakeholders krusial yang akan menentukan:
Presiden Prabowo → memberi legitimasi politik dan dukungan penuh agar gaya inspeksi tidak dianggap “offside.”
Bank Indonesia → sebagai mitra moneter, BI bisa mensterilkan likuiditas atau memberi ruang. Koordinasi mutlak.
Dirut & manajemen bank Himbara → mereka adalah eksekutor utama, harus yakin ada insentif dan kompensasi jelas.
Koperasi desa & UMKM → ujung tombak penerima dana, yang harus benar-benar sehat secara governance.
Publik & media → sebagai pengawas moral. Transparansi dashboard publik akan memperkuat legitimasi.

Kunci sukses Purbaya bukan hanya inspeksi, tapi juga kemampuan membangun kepercayaan dan dukungan lintas stakeholder.

Pembelajaran bagi Para Pemimpin

Dari kasus ini, ada pelajaran penting bagi siapa pun yang memimpin organisasi/institusi:
• Strategi tanpa eksekusi adalah mimpi.
• Eksekusi tanpa pengawasan adalah jebakan.
• Pengawasan tanpa integritas hanya jadi pertunjukan.

Purbaya sedang menunjukkan bahwa pengawasan langsung adalah bagian integral dari kepemimpinan eksekusi. Tapi ia juga harus sadar: jebakan terbesar adalah ketika semua ini berhenti di efek kejut awal, tanpa sistem yang berkelanjutan.

Harapan yang Perlu Dijaga

Sidak Purbaya ke rapat direksi BNI memberi secercah harapan baru. Gaya kepemimpinan yang lebih tegas, transparan, dan hands-on membuka peluang bahwa kebijakan besar seperti Rp200T tidak hanya jadi angka di headline, tetapi benar-benar mengalir ke rakyat.

Namun harapan ini masih rapuh. Keberhasilannya akan sangat tergantung pada konsistensi, dukungan Presiden, sinergi dengan BI, integritas bank, serta pengawasan publik.

Di titik inilah kepemimpinan diuji: apakah mampu mengubah gebrakan jadi budaya baru, dan efek kejut jadi transformasi nyata?

Salam Kepemimpinan 💪

Leadership & Strategy Advisor

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: [email protected]