Memajukan Perempuan dalam Diplomasi Global

Sudah saatnya mengenali dan menghargai cara perempuan mendobrak hambatan dan membuat perbedaan di bidang diplomasi.

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Perempuan memberikan manfaat besar dalam diplomasi, karena gaya kepemimpinan, keahlian, dan prioritas yang mereka tetapkan dapat memperluas cakupan masalah yang sedang dipertimbangkan dan meningkatkan kualitas hasil yang diperoleh.

Lagipula, perempuan dan anak perempuan mewakili setengah dari populasi dunia, sehingga berarti juga setengah dari potensinya dalam berbagai hal. Karenanya, tahun lalu Majelis Umum PBB menetapkan tanggal 24 Juni setiap tahun sebagai International Day for Women in Diplomacy – Hari Internasional Perempuan dalam Diplomasi.

Menurut PBB, perempuan telah memainkan peran penting dalam diplomasi selama berabad-abad, namun kontribusi mereka sering diabaikan. Sudah saatnya mengenali dan menghargai cara perempuan mendobrak hambatan dan membuat perbedaan di bidang diplomasi.

Ditinjau dari sisi krisis iklim dan berbagai bencana yang diakibatkannya, diplomasi iklim sangat penting. Menurut situs Climate Diplomacy, diplomasi iklim mencakup penggunaan alat diplomasi untuk mendukung berfungsinya aturan perubahan iklim global dan untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap stabilitas, dan kemakmuran. Selain itu, diplomasi iklim diperlukan untuk memajukan tujuan kebijakan luar negeri lainnya seperti membangun kepercayaan dan perdamaian atau memperkuat multilateralisme.

Diplomasi iklim juga berarti memprioritaskan aksi iklim dengan mitra di seluruh dunia – dalam dialog diplomatik, diplomasi publik, dan instrumen kebijakan eksternal.

United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC atau  Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim telah mengakui pentingnya melibatkan perempuan dan laki-laki secara setara dalam proses UNFCCC dan dalam pengembangan dan implementasi kebijakan iklim nasional yang tanggap gender. Ada agenda khusus di bawah Konvensi yang menangani isu gender dan perubahan iklim, termasuk sebuah Gender Action Plan.

Alasannya, karena perempuan umumnya menghadapi risiko yang lebih tinggi dan beban yang lebih besar karena dampak perubahan iklim. Partisipasi perempuan yang tidak setara dalam proses pengambilan keputusan dan pasar tenaga kerja menambah ketidaksetaraan dan seringkali menghalangi perempuan untuk berkontribusi penuh pada perencanaan, pembuatan kebijakan iklim, dan implementasinya.

Sekretariat UNFCCC setiap tahun menyusun laporan tentang Komposisi Gender dan Kemajuan dalam Pelaksanaannya, untuk membantu Negara-negara melacak kemajuan menuju keseimbangan gender guna meningkatkan kebijakan iklim yang sensitif gender.

Ternyata, seseorang tidak harus menjadi diplomat yang bekerja di Kementerian untuk dapat berperan ataupun untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam berbagai proses diplomasi global. Ada berbagai program yang memperhatikan kesetaraan gender dan dapat diikuti oleh mereka yang ingin tahu lebih jauh tentang topik ini.

Georgetown Leadership Seminar  yang diadakan setiap tahun selama satu minggu di Kota Washington, D.C. merupakan program lintas disiplin yang fokus pada isu-isu global, ekonomi internasional, tantangan kebijakan luar negeri, dan lingkungan politik dan pembuatan kebijakan di Washington. Program yang hanya dapat diikuti berdasarkan undangan ini membangun dan memupuk jaringan guna memperkuat kerja sama internasional dan area kesepakatan di antara para pemimpin dalam komunitas global.

Melalui situs UN CC: e-Learn tersedia kelas-kelas daring tentang perubahan iklim dan proses diplomasi global seperti negosiasi iklim. UN CC:Learn merupakan  inisiatif kolaboratif dari 36 organisasi multilateral  yang bekerja sama membantu berbagai negara membangun pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim. 

Foreign Policy Community of Indonesia didirikan oleh Dr. Dino Patti Djalal dan Prof. Dewi Fortuna Anwar untuk membahas dan memperkenalkan isu-isu hubungan internasional kepada banyak aktor terkait di Indonesia. Di antaranya diplomat, duta besar, pejabat pemerintah, akademisi, peneliti, bisnis, dosen, think-tank, mahasiswa dan media. Hari ini Foreign Policy Community of Indonesia menyelenggarakan “Indonesia Net-Zero Summit 2023” untuk membicarakan isu iklim, serta berdiskusi dan menyampaikan aspirasi terkait pencapaian net-zero emission Indonesia.

Pada International Day for Women in Diplomacy hari ini, PBB mendorong Negara-negara anggota, organisasi PBB, kelompok non-pemerintah, lembaga akademik dan asosiasi diplomat perempuan untuk memperingati hari penting ini dengan cara yang dianggap paling tepat, termasuk melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com