ASEAN menyatakan komitmennya untuk mengurangi emisi karbon (dekarbonisasi). Komitmen negara-negara di kawasan Asia Tenggara disambut oleh lembaga keuangan global yang mengadvokasi emisi karbon nol yakni Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) dengan mempersiapkan strategi pembiayaan untuk mengimplementasikannya.
Yuki Yasui, Managing Director GFANZ, menyatakan memiliki empat strategi pemerintah maupun lembaga keuangan untuk mendukung dekarbonisasi secara riil. Pertama, mendukung proyek dan perusahaan ramah lingkungan.
Kedua, membiayai perusahaan yang berkomitmen mencapai emisi karbon nol. Ketiga, memfasilitasi transisi perusahaan yang sedang berupaya melakukan dekarbonisasi. Keempat, mendukung penghentian operasi perusahaan yang tidak ramah lingkungan.
"Agar lembaga-lembaga keuangan benar-benar mau membiayai keempat kelompok pembiayaan ini, yang kita miliki adalah kerangka kerja umum yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga keuangan dalam implementasinya dan seperti sebuah rencana aksi," ujar Yuki dalam ASEAN Business and Investment Summit (ABIS), Selasa (5/9/2023).
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai keuangan berkelanjutan dan pembiayaan transisi energi menjadi topik yang perlu menjadi perhatian seluruh komunitas ASEAN.
“Saya yakin pendanaan transisi memainkan peran penting dalam memberikan dukungan bagi transisi energi menuju dekarbonisasi. Tidak ada transisi tanpa pendanaan dan tidak ada pembiayaan tanpa kolaborasi antara pemerintah dan swasta,” kata Menkeu saat menyampaikan keynote speech pada United States – ASEAN Business Council (US-ABC) Breakfast Session “Fostering a Stronger Future: 46 Years of US-ASEAN Partnership di Jakarta pada Selasa (5/9/2023).
Menkeu menjelaskan tantangan utama pendanaan transisi adalah keterlibatan pendanaan swasta untuk kegiatan dekarbonisasi.
“Kita perlu memastikan bahwa negara berkembang, seperti sebagian besar negara anggota ASEAN, mempunyai akses terhadap sumber daya yang adil dan memadai pada waktu yang tepat. Sehingga tekad untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim sambil terus mencapai kemajuan dalam pembangunan akan dapat tercapai,” ujar Menkeu.
Menurut Menkeu, melibatkan sektor swasta secara lebih efektif seraya memitigasi dampak terhadap pekerja, lingkungan, dan sosial merupakan faktor kunci dalam mekanisme transisi energi.
“Jadi, ini bukan sekadar mematikan (pembangkit listrik) batu bara dan mengurangi CO2. Banyak dimensi lain yang perlu dibenahi. Mendapatkan pendanaan berbiaya rendah dari dana konsesi sangat penting bagi keuntungan proyek secara keseluruhan,” kata Menkeu.
Marisa Drew, Chief Sustainability Officer Standard Chartered Bank, mengungkapkan bahwa lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam memobilisasi modal swasta dan menciptakan solusi keuangan bagi negara-negara berkembang, termasuk ASEAN.
“Kami percaya tidak ada satu bank mana pun yang bisa membantu proses transisi menuju net zero sendirian. Karena itu memerlukan upaya kolaboratif," ujarnya.
Standard Chartered, menurut Marisa, terlibat dalam inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP), yang mendorong adanya upaya bersama di tingkat global demi tercapainya dekarbonisasi. Sebagai salah satu partisipan JETP, pihaknya berkontribusi dalam bentuk komitmen penyediaan modal, berbagi ide dan praktik terbaik, serta inovasi sumber-sumber alternatif pembiayaan baru.
"Kami adalah pemegang saham dan salah satu pendiri Climate Impact X, sebuah terobosan besar dalam menciptakan perdagangan karbon yang berfokus pada Asia," katanya.
Climate Impact X merupakan salah satu pelopor kehadiran bursa karbon di ASEAN yang dapat menjadi percontohan bagi banyak negara ASEAN lainnya.
President of Kasikornbank Thailand, Pipit Aneaknithi, menjelaskan bahwa upaya mencapai target iklim tersebut perlu dilakukan bersama-sama. Menurut dia, masalah iklim tidak hanya menjadi masalah regional semata, tetapi perlu penanganan selaras secara global.
"Saya rasa ada beberapa hal yang ingin saya tegaskan kembali, yaitu bahwa hal ini berlaku secara regional, namun jangan lupakan keselarasan dengan global karena kita semua sedang bergerak menuju visi bersama yang global. Bukan hanya visi bersama regional saja. Ini adalah upaya global," kata dia.