Ungkap Rahasia India Jadi Negara Pengekspor Beras Terbesar Dunia, Zulhas: Pakai Cara Pak Harto

Di Vietnam sawah dilarang diubah menjadi perumahan atau pabrik.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Industri India Shri Piyush Goyal, Selasa 14 Maret 2023 di New Delhi, India

India kini menjelma menjadi salah satu negara penghasil sekaligus pengekspor beras terbesar di dunia. Padahal India memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, yakni 1,4 miliar orang. Jumlah itu menempatkan India sebagai negara berpenduduk terbanyak kedua di dunia setelah China.

Meski mempunyai jumlah penduduk sangat banyak, India ternyata tidak pernah kekurangan beras. Bahkan negeri Bollywood itu mengalami surplus beras hasil produksi dalam negeri.

Ternyata rahasia dibalik kesuksesan India dibidang produksi beras adalah menerapkan cara-cara yang dulu digunakan Indonesia di era Orde Baru.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkfili Hasan yang baru pulang dari India mengungkapkan dirinya menanyakan langsung hal itu kepada Menteri Perdagangan dan Industri India, Shri Piyush Goyal.

Saat berbicara dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin 4 September 2023, pria yang biasa disapa Zulhas itu menjelaskan di India tidak ada konglomerasi di sektor pertanian. Semua dikelola menggunakan sistem koperasi.

“India 1,4 miliar orang bisa surplus, lebih. Saya tanya Kementerian Perdagangannya, semua pakai koperasi, gak konglomerasi, seluruh pertanian koperasi," ujarnya.

Zulhas melanjutkan, pupuk yang digunakan petani di India juga hasil produksi koperasi. Meskipun proses produksi dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pemerintah.

"Pupuk dia gak pakai pabrik pupuk kaya kita, tapi pupuk dibuat oleh koperasi, tapi penelitian oleh pemerintah. Pupuk pakai pil segini bisa untuk 2 hektare dikasih air, diproduksi koperasi-koperasi,” kata Zulhas.

Ketua Umum PAN ini pun teringat cara serupa yang dulu pernah dilakukan Indonesia di era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Zulhas menambahkan India menerapkan cara tersebut guna mengamankan stok beras dalam negeri.

Zulhas menuturkan kebijakan yang dibuat berpihak kepada petani. Semua kebutuhan petani disubsidi habis-habisan. Kebijakan di sektor pertanian dibuat jelas dan tidak ambigu.

Berbeda dengan kebijakan sektor pangan di Indonesia yang menurut Zulhas tidak jelas. Ia mencontohkan kebijakan soal pupuk yang terlalu banyak aturan. Tapi saat petani membutuhkan barangnya justru tidak ada. Belum lagi kebijakan yang dibuat saat petani memasuki musim panen.

“Tapi kebijakan gak ada yang ambigu, pokonya petani disubsidi habis-habisan. Semua pupuk, bunga semua gak ada tawar, untuk dalam negeri (soal) makan mereka habis-habisan, kira-kira seperti orde baru irigasi pupuk. Kita kan pupuk diatur terlalu banyak, begitu sawah perlu pupuk petani pupuknya gak ada, kalau panen pupuknya ada. (Masalah) ini gak kelar-kelar,” sebut Zulhas.

Tidak hanya India, mantan Menteri Kehutanan ini juga menyebut Vietnam kini juga menjelma menjadi 'raja beras' dunia. Negara yang berada di kawasan Indochina itu sukses mengembangkan sektor pertanian. Akhirnya Vietman mengalami surplus beras.

Salah satu kunci sukses Vietnam adalah melarang lahan pertanian diubah menjadi perumahan, pabrik atau sejenisnya. Sawah selamanya harus menjadi sawah yang ditanami padi dan tanaman pangan lainnya.

“Di Vietnam tanah pertanian lebih tinggi dari Taman Nasional. Jadi pertanian gak boleh jadi perumahan, pabrik, kalau sudah sawah gak boleh diubah-ubah selamanya. Kita ada undang-undang tapi ya masih gitu aja. Kalau kita serius bisa,” ucapnya.

Zulhas menambahkan Indonesia tidak bisa selamanya bergantung pada impor untuk mencukupi kebutuhan pangan. Terlebih fenomena alam El Nino akan segera melanda berbagai kawasan di dunia, termasuk negara penghasil beras.

Negara-negara tersebut diyakini bakal menerapkan kebijakan memperketat atau mengurangi ekspor. Hal itu untuk menjaga stok dalam negeri.

“Vietnam kurangi tanam berasnya karena El Nino kering, padi banyak makan air, jadi tanam padi (awalnya) 2 musim jadi 1 musim karena surplus,” ungkap Zulhas

Jurnalis GBN

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com