"Bau Kolonial" dan Gerutuan Penjaga WC Umum

Lontaran "bau kolonial" Jokowi ibarat gerutuan penjaga kebersihan WC umum di terminal-terminal bus antar-kota.

Ilustrasi: Muid/GBN.top

Celetukan Presiden Jokowi, tinggal di istana yang "bau kolonial" menunjukkan cara berpikirnya yang inkoheren dan inkonsisten. Jika dia beneran terganggu dengan "bau", lalu kenapa selama 10 tahun terakhir mendiami istana itu? Kita tahu, Jokowi tidak terganggu, tetapi sangat menikmati privilese tinggal di istana bernuansa aristokrasi kolonial itu.

Kegemarannya berpakaian aneh-aneh (pretensi mengenaskan baju adat bangsawan) setiap pidato menjelang 17-an, menunjukkan delusinya yang ingin dikesankan seperti bangsawan. Secara psikologis, perilaku antik dan eksentrik Jokowi itu mudah dipahami. Dia menderita "psikosa-narsistik," suka kemasan untuk menarik perhatian, ingin selalu menjadi tontonan dan pusat perhatian. Mungkin ada kaitannya dengan ungkapan: "kere munggah bale; petruk dadi ratu."

Lontaran "bau kolonial" Jokowi ibarat gerutuan penjaga kebersihan WC umum di terminal-terminal bus antar-kota. Dia mengeluh bau jorok luar biasa, tapi tetap harus bekerja untuk membersihkan kejorokan itu. Tapi setidaknya penjaga WC Umum tidak tinggal dan tidur di tempat kerjanya. Beda dengan Joke-kowi, mengeluh dengan "bau", tapi menikmati, tidur dan tinggal, di istana dengan segala aroma amis dan busuknya.

Tapi kita tahulah, itu bukan pikiran Jokowi. Dalam konteks wacana politik, Dia tidak pernah bisa ngomong dari pikirannya sendiri. Dia dibisikin oleh bawahannya, agar mengangkat "sentimen kolonialisme,' untuk:

1. Merespon kritikan publik terhadap desain istana presiden di IKN yang mirip istana Dracula di Transilvania.

2. Pengingat menjelang peringatan hari kemerdekaan RI.

Begitulah, Jokowi being Jokowi, terlalu harfiah dalam berpolitik. Tidak aneh jika muncul pernyataan "bau" level penjaga WC Umum terminal bus antar-kota. Sebagai perbandingan Presiden Soeharto, misalnya, meski sama-sama simple-minded, adalah contoh orang yang konsisten dan koheren. Dia sengaja tidak mau tinggal di Istana kolonial, dan memilih berdiam di Jl. Cendana, rumah biasa. Karena levelnya memang bukan penjaga WC Umum.

Pemimpin Redaksi
Jurnalis Senior, Kolumnis

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com