Climate Café® Ubud

Climate Café® Ubud berlangsung sangat produktif, dengan perhatian utama bagaimana membumikan bahasa-bahasa tingkat konvensi perubahan iklim menjadi dapat dipahami dan dilaksanakan masyarakat. 

Ilustrasi: Muid/GBN.top

Climate Café® adalah ruang pop-up informal di komunitas – atau di tempat kerja, kampus, dan sekolah – untuk berkumpul, berbincang, dan berbuat tentang perubahan iklim.

Adalah Jess Pepper yang memulainya pada tahun 2015 di Skotlandia, sebagai inisiatif untuk menciptakan ruang yang ramah dan inklusif tempat masyarakat dapat berbincang tentang perubahan iklim. Tujuannya agar percakapan tentang topik itu lebih dapat diakses dan tidak mengintimidasi, memungkinkan siapapun juga untuk berbagi kekhawatiran, pertanyaan, dan ide-ide mereka dalam suasana yang nyaman, sering kali sambil menikmati minuman panas seperti kopi atau teh.

Dalam sejarahnya, kata "café" digunakan untuk merujuk pada tempat di mana kopi disajikan dan diminum. Seiring waktu, kata ini digunakan secara lebih umum untuk menyebut tempat-tempat pertemuan sosial di mana orang bisa menikmati minuman dan makanan ringan, sambil berbincang atau bekerja. 

Di berbagai kota di dunia, kedai kopi tertentu merupakan tempat populer, cukup dengan harga secangkir kopi, orang dapat mengikuti berita dan gosip atau menguji keputusan politik.

Terinspirasi dari fungsi cafe sebagai ruang untuk menimba pengetahuan, maka Climate Reality Indonesia, sebuah organisasi nirlaba, menghubungi Jess Pepper untuk mendiskusikan penyelenggaraan acara serupa. 

Acara tersebut bertajuk “Climate Café® on NDC” dengan kickoff di Aksari Resort Ubud, Bali, sekaligus memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni.

Nationally Determined Contribution (NDC) adalah komitmen yang dibuat oleh negara-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, sesuai dengan Persetujuan Paris 2015. Setiap negara yang menandatanganinya wajib menetapkan target-target khusus yang mereka pilih sendiri, berdasarkan kapasitas dan situasi masing-masing.

Untuk menjelaskan NDC secara sederhana, Bumi diibaratkan seperti rumah yang suhunya terus meningkat. Jika kita tidak melakukan sesuatu, rumah tersebut bisa menjadi sangat panas dan tidak nyaman, bahkan berbahaya. NDC adalah janji dari tiap 'penghuni rumah' atau negara untuk melakukan bagian mereka dalam mengurangi panas ini. Setiap negara memutuskan sendiri apa yang akan mereka lakukan, seperti mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, meningkatkan energi terbarukan, atau melindungi hutan. Kemudian, setiap lima tahun, mereka akan memberi tahu semua penghuni rumah-rumah lain apa yang sudah mereka lakukan dan bagaimana mereka bisa melakukan lebih baik lagi. 

NDC adalah bagian penting dari upaya global untuk melindungi Bumi untuk generasi sekarang dan yang akan datang, dengan cara yang adil dan setara, mengingat setiap negara memiliki kebutuhan dan kemampuan berbeda.

“Climate Café® on NDC” di Ubud dihadiri oleh berbagai pihak di Bali, di antaranya: Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Bali, Social Project Bali, beberapa Aparatur Sipil Negara, Pelaku UMKM, pelajar SMA, mahasiswa, pendiri The Body Shop Indonesia, dan partisipan dari Kartika Soekarno Foundation serta Nectary Sustainability Solutions. Hadir juga perwakilan dari Capacity Building Initiative for Transparency Indonesia, yang menjelaskan tentang NDC.

Climate Café® sekitar 3 jam itu berlangsung sangat produktif, dengan perhatian utama bagaimana membumikan bahasa-bahasa tingkat konvensi perubahan iklim menjadi dapat dipahami dan dilaksanakan masyarakat. 

Kegiatan untuk menyikapi perubahan iklim seperti pengelolaan sampah di tingkat desa maupun upaya pelaku UMKM yang tidak menggunakan plastik sekali pakai, misalnya, seharusnya dapat ditingkatkan ke level kabupaten, provinsi, bahkan sampai tingkat nasional. 

Selain itu peserta juga mengidentifikasi kebijakan yang bertolak belakang dengan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca pemicu perubahan iklim. Contohnya adalah pembatasan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya atap.

Pada kesempatan tersebut sambil menikmati kudapan khas Bali, peserta berbagi informasi, dan berjejaring untuk menggali potensi kegiatan yang dapat dilakukan bersama. 

Acara di Ubud, sebagaimana juga pengalaman di seluruh Jaringan Climate Café® menunjukkan bahwa perbincangan di tempat itu sering kali menghasilkan ide-ide menarik, kegiatan, dan tindakan kolektif. 

Climate Café® Hub dengan senang hati akan menanggapi pertanyaan, mendukung, dan menghubungkan Climate Café® baru di seluruh dunia dengan etos bersama yaitu ruang yang inklusif dan ramah bagi masyarakat untuk sekadar berkumpul sambil minum teh atau kopi, berbincang, dan bertindak untuk menyikapi krisis iklim.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com