Menghargai Perjuangan Pekerja Kemanusiaan

Bantuan kemanusiaan dimaksudkan untuk menyelamatkan nyawa, meringankan penderitaan dan mempertahankan martabat manusia selama dan setelah krisis.

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Berita tentang tragedi kemanusiaan hampir setiap hari merajai media cetak dan elektronik, maupun media sosial.  Pekerja kemanusiaan (humanitarian) tanpa lelah akan membantu mereka yang terdampak tragedi baik yang disebabkan manusia maupun bencana alam, seperti konflik, peperangan, kemiskinan, gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, kelaparan, dan pandemi.  

Hening Parlan yang lahir di Wonogiri, Jawa Tengah adalah salah satunya. Ia seorang pegiat di bidang perubahan iklim dan pekerja kemanusiaan yang kini bertanggung jawab sebagai Wakil Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana, Pimpinan Pusat Aisyiyah.  

Menurut Hening, ia aktif di isu kemanusiaan karena merupakan 'panggilan' yang membuatnya dan masyarakat bergerak membantu sesama. Bagi Hening, pemilik gelar Magister Kebencanaan, dan penerima penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagai tokoh inspiratif, bekerja di isu kemanusiaan adalah bekerja dengan hati dan aksi.  

Global Humanitarian Assistance menyatakan, bantuan kemanusiaan dimaksudkan untuk menyelamatkan nyawa, meringankan penderitaan dan mempertahankan martabat manusia selama dan setelah krisis. Bantuan kemanusiaan juga diperlukan untuk mencegah dan memperkuat kesiapsiagaan ketika situasi seperti itu terjadi.  

Sebagai contoh, bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004 dengan korban 230.000 jiwa memerlukan rehabilitasi dan rekonstruksi secara intensif. Media The New Humanitarian mencatat, Pemerintah Indonesia, yang memimpin upaya bantuan, melaksanakan lebih dari 5.000 proyek rekonstruksinya sendiri sambil mengoordinasikan lebih dari 12.500 proyek lain yang melibatkan lebih dari 60 donor bilateral dan lembaga multilateral, serta sekitar 700 LSM.  

Tindakan kemanusiaan sebagaimana ditekankan oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN OCHA) harus berdasarkan empat prinsip, yaitu kemanusiaan, netralitas, ketidakberpihakan, dan kemandirian.

Kemanusiaan berarti bahwa penderitaan manusia harus ditangani di mana pun ditemukan, dengan perhatian khusus pada yang paling rentan. Netralitas berarti bahwa bantuan kemanusiaan tidak boleh memilih pihak mana pun. Ketidakberpihakan berarti bahwa bantuan kemanusiaan harus diberikan semata-mata atas dasar kebutuhan, tanpa diskriminasi. Kemandirian berarti independen dari tujuan politik, ekonomi, militer atau lainnya.  

Hari ini adalah World Humanitarian Day, atau Hari Kemanusiaan Sedunia, yang diperingati setiap 19 Agustus, untuk menghormati pekerja kemanusiaan di seluruh dunia yang berjuang memenuhi kebutuhan global yang terus berkembang. Tidak peduli bahaya atau kesulitannya, mereka menjelajah jauh ke wilayah yang dilanda bencana dan di garis depan konflik, berusaha untuk menyelamatkan dan melindungi siapapun yang membutuhkan.

Pemutakhiran data Global Humanitarian Needs Overview memperkirakan bahwa 362 juta orang di dunia membutuhkan bantuan kemanusiaan.  

Pada kampanye Hari Kemanusiaan Sedunia tahun ini, komunitas kemanusiaan global memperingati dua puluh tahun serangan terhadap markas besar PBB di Bagdad, Irak, dan menunjukkan komitmen teguh untuk mewujudkan komunitas yang dilayani, tidak peduli siapa, di mana pun dan apapun yang terjadi (#NoMatterWhat).

Bagi organisasi Humanitarian Global, untuk menjadi pekerja kemanusiaan yang baik seseorang harus memahami motivasinya, memiliki kepribadian dan keberanian seperti keterbukaan, toleransi, kepekaan budaya, maupun kegigihan.  

Keterampilan yang relevan sangat diperlukan, termasuk kesehatan, ketahanan pangan, konstruksi, manajemen, pengajaran, kepemimpinan, komunikasi, pekerjaan sosial, dan pertanian.  

Pekerja kemanusiaan mutlak memiliki pengalaman lapangan, yang awalnya dapat dirintis dengan menjadi sukarelawan atau magang. Keterampilan bahasa sangat diperlukan, dan juga keterbukaan pikiran terhadap masalah dan solusinya.  

Vanda Lengkong pekerja kemanusiaan yang merupakan Kepala Manajemen Risiko Bencana di Plan International Asia Pacific Region, sudah hampir 20 tahun bekerja di bidang ini. Besar di Sulawesi Utara yang notabene daerah rawan bencana, dari kecil ia sudah terpapar dengan gempa bumi dan letusan gunung berapi. Karenanya Vanda terjun langsung membantu masyarakat yang terkena dampak bencana khususnya anak-anak, kaum muda dan kelompok perempuan. Hidup ini, kata Vanda, harus bisa dicintai dengan berani dan bermanfaat bagi orang lain.  

Di Hari Kemanusiaan Sedunia mari bersama kita hargai perjuangan pekerja kemanusiaan, dengan ikhlas membantu baik dengan menjadi sukarelawan maupun memberikan donasi melalui organisasi kemanusiaan yang sudah teruji.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com