Plastik: Dari Laut Kembali ke Darat

Meskipun sebagian besar sampah plastik bermula dari darat, banyak yang berakhir di laut karena barang-barang plastik yang dibuang secara tidak benar.

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Tahun lalu lebih dari 500 miliar kantong plastik diproduksi di seluruh dunia, yang umumnya hanya dipakai beberapa menit. Plastik membutuhkan waktu antara 500-1000 tahun untuk terurai, tanpa terdegradasi sepenuhnya. Maka terbentuklah mikroplastik, yang melepaskan bahan kimia beracun ke dalam sumber makanan dan air, sehingga mengalir melalui aliran darah dan menempel pada organ dalam tubuh manusia.

Meskipun sebagian besar sampah plastik bermula dari darat, banyak yang berakhir di laut karena barang-barang plastik yang dibuang secara tidak benar. Karenanya, kini sebanyak 80% sampah di lautan berupa plastik. Ini tidak hanya memengaruhi ekosistem laut tetapi juga kembali ke darat dalam bentuk dampak pada kehidupan manusia.

Secara global, produksi plastik  melonjak tajam dari sekitar 2 juta ton pada tahun 1950 menjadi lebih dari 380 juta ton sekarang. Banyak dari plastik ini berakhir di lautan, dengan perkiraan 8 juta ton plastik memasuki lautan setiap tahun. Dari sepuluh negara pencemar polusi plastik laut tertinggi, enam berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Kampanye Earth Day, Hari Bumi 2024 bertajuk  Planet vs. Plastics menyatukan pelajar, orang tua, dunia usaha, pemerintah, organisasi keagamaan, serikat pekerja, individu, dan masyarakat sipil. Mereka menyerukan diakhirinya penggunaan plastik demi kesehatan manusia dan planet, serta menuntut pengurangan produksi plastik sebesar 60% pada tahun 2040 guna membangun masa depan bebas plastik untuk generasi mendatang.

Indonesia telah mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini dengan meluncurkan kampanye nasional untuk mengurangi sampah plastik di laut sebesar 70% pada tahun 2025. Inisiatif tersebut mencakup berbagai strategi, mulai dari peningkatan pengelolaan sampah, perbaikan sistem daur ulang, hingga edukasi publik tentang pentingnya pengurangan penggunaan  plastik sekali pakai yang telah dilaksanakan di beberapa kota besar.  

Keputusan Presiden Nomor 83 tahun 2018 membahas rencana aksi strategis menangani sampah laut dari tahun 2018-2025, diikuti Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk mengurangi limbah plastik. Dalam melaksanakan RAN, dibentuk Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, agar seluruh kegiatan dilakukan sesuai dengan sasaran, target, dan jangka waktu yang ditetapkan. TKN, yang setiap tahun menghitung jumlah sampah plastik yang masuk ke laut, bertanggung jawab kepada Presiden RI. Menurut Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi sejak 2018 Indonesia telah berhasil mengurangi kebocoran sampah plastik sebesar 42 persen dari tujuan mencapai pengurangan sebesar 70 persen.  

Di tingkat global, Indonesia turut serta dalam beberapa inisiatif internasional, seperti Global Plastic Action Partnership inisiasi World Economic Forum, dan Clean Seas Campaign dari Program Lingkungan PBB (UNEP). Selain itu negara ini berpartisipasi aktif dalam Komite Negosiasi Antarpemerintah untuk mengembangkan instrumen yang mengikat secara hukum internasional mengenai polusi plastik, termasuk di lingkungan laut.  Partisipasi dalam platform-platform ini tidak hanya membantu Indonesia dalam mendapatkan akses ke sumber daya dan teknologi terbaru dalam pengelolaan dan pengurangan sampah plastik, tetapi juga berbagi praktik terbaik.  

Masyarakat sipil juga sangat berperan dalam menyikapi masalah sampah laut, seperti peserta dari 18 negara yang baru saja mengadakan konferensi  dan pameran serta bersih-bersih pantai pada event Let’s Do It Asia di Penang, Malaysia. Pertemuan tahunan ini  mengumpulkan para pemimpin, aktivis, dan sukarelawan dari berbagai negara untuk berbagi pengalaman, metode, dan praktik terbaik dalam mengatasi masalah sampah.  

Dalam menurunkan jumlah sampah plastik yang mencapai laut, masing-masing individu dapat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan memilih barang yang dapat digunakan berulang kali. Juga memisahkan dan mendaur ulang sampah plastik dengan benar, dan membeli produk dari bahan daur ulang. Berpartisipasi dalam kegiatan bersih-bersih lingkungan dan edukasi komunitas tentang pentingnya mengurangi plastik juga sangat membantu.  

Mengatasi krisis sampah plastik memerlukan usaha kolektif dari pemerintah, industri, masyarakat sipil, dan individu. Seiring dengan meningkatnya kesadaran global terhadap masalah plastik, ada harapan bahwa inisiatif dan kebijakan baru akan terus berkembang, menuju dunia yang lebih bersih dan lebih hijau.

 

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com