Sejarah membuktikan bahwa suatu bangsa dengan aksara sendiri adalah bangsa yang telah mencapai peradaban tinggi. Bangsa Jawa, dengan Aksara Caraka atau Hanacaraka, merupakan salah satu bukti nyata bahwa leluhur kita memiliki kebudayaan yang maju dan sistem komunikasi tertulis yang berkembang sejak berabad-abad lalu.
Aksara Caraka bukan sekadar simbol atau warisan budaya semata, tetapi juga cerminan dari pemikiran mendalam, struktur sosial yang kuat, dan kepekaan terhadap ilmu pengetahuan. Pada masa kerajaan-kerajaan besar Nusantara, seperti Mataram Kuno, Majapahit, dan Mataram Islam, aksara ini digunakan dalam prasasti, naskah kuno, hingga serat-serat yang mengandung nilai filosofis dan spiritual tinggi.
Menariknya, Aksara Caraka memiliki keteraturan dan nilai filosofis tersendiri. Susunannya yang terdiri dari "Ha-Na-Ca-Ra-Ka" bukan sekadar deretan huruf, tetapi juga mengandung makna mendalam tentang perjalanan hidup manusia. Bahkan, aksara ini erat kaitannya dengan ajaran Kejawen yang menitikberatkan pada keseimbangan hidup, budi pekerti, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta.
Sayangnya, dalam era modern, eksistensi Aksara Caraka semakin terpinggirkan. Globalisasi dan arus digitalisasi membuat generasi muda lebih akrab dengan aksara Latin dibanding aksara leluhurnya sendiri. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin suatu hari nanti aksara ini hanya menjadi artefak sejarah yang kehilangan makna dan fungsinya dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi budaya, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan dan menghidupkan kembali Aksara Caraka. Upaya revitalisasi dapat dimulai dari pendidikan formal, penerapan dalam media sosial, hingga dukungan pemerintah dalam pengembangan teknologi berbasis aksara Jawa. Jika negara-negara maju seperti Jepang dan Korea berhasil mempertahankan aksara mereka dalam era digital, mengapa kita tidak?
Aksara Caraka bukan hanya peninggalan sejarah, tetapi juga bukti bahwa bangsa Jawa telah mencapai peradaban tinggi sejak dahulu kala. Saatnya kita bangga, melestarikan, dan menghidupkan kembali kejayaan aksara ini sebagai identitas dan kebanggaan bangsa.
"Ajining dhiri dumunung ana ing lathi, ajining bangsa dumunung ana ing budaya."
(Martabat diri terletak pada tutur kata, martabat bangsa terletak pada budayanya.)
Mari kita rawat dan lestarikan Aksara Caraka sebagai warisan luhur yang tak dapat di nilai dengan harta.