Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati dan menjaga warisan budayanya. Budaya dan ajaran leluhur bangsa Jawa telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas dan jati diri masyarakat kita. Sayangnya, modernisasi yang begitu pesat saat ini semakin mengikis nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur kita.
Kejawen sebagai filosofi hidup bangsa Jawa mengajarkan tentang keseimbangan, harmoni, dan budi pekerti luhur. Ajaran ini tidak hanya sekadar nilai-nilai moral, tetapi juga menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu esensi utama dari ajaran leluhur Jawa adalah konsep "Memayu Hayuning Bawana," yang berarti menjaga keseimbangan dan keindahan dunia.
Namun, realitas yang kita hadapi saat ini menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang mulai melupakan akar budayanya sendiri. Pengaruh budaya asing yang masuk tanpa filter menyebabkan pergeseran pola pikir dan gaya hidup yang jauh dari nilai-nilai kejawen. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi kita semua untuk kembali menanamkan kesadaran akan pentingnya mempertahankan dan mengamalkan ajaran leluhur.
Sebagai Ketua Umum Kerukunan Jawa Tulen (Kejawen), saya mengajak seluruh masyarakat, khususnya generasi muda, untuk kembali mengenali dan memahami kearifan lokal yang telah diwariskan oleh para leluhur kita. Melalui pendidikan budaya, penguatan komunitas, serta pemanfaatan teknologi untuk menyebarluaskan nilai-nilai kejawen, kita bisa menjaga agar budaya luhur ini tetap lestari di tengah arus globalisasi.
Selain itu, kita perlu menggali kembali seni, tradisi, dan ritual adat yang telah menjadi ciri khas bangsa Jawa. Wayang kulit, gamelan, tari-tarian tradisional, hingga upacara adat seperti ruwatan dan labuhan adalah bagian dari kekayaan budaya yang harus terus diperkenalkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Pendidikan berbasis budaya juga harus diperkuat dalam sistem pendidikan kita. Sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan sebaiknya memasukkan kurikulum yang mengajarkan nilai-nilai budaya Jawa sebagai bagian dari pembentukan karakter generasi muda. Kegiatan budaya seperti diskusi, seminar, dan pelatihan tentang filsafat kejawen perlu digalakkan untuk memperkuat pemahaman akan akar budaya kita.
Lebih jauh lagi, di era digital ini, kita bisa memanfaatkan platform media sosial dan teknologi blockchain untuk mendokumentasikan dan menyebarkan ajaran serta budaya Jawa secara global. Digitalisasi pustaka kejawen, pembuatan konten edukatif berbasis budaya, serta pengembangan komunitas online yang berfokus pada pelestarian budaya dapat menjadi langkah strategis dalam memastikan keberlangsungan warisan leluhur ini.
Mari kita bersama-sama berjuang untuk menjaga dan melestarikan budaya serta ajaran leluhur bangsa Jawa. Karena tanpa budaya, kita kehilangan identitas kita sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat. Pelestarian ini bukan hanya tugas para sesepuh atau komunitas budaya saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua sebagai penerus warisan leluhur yang kaya dan penuh makna.
11 Februari 2025,
R. Adi Sucipto
Ketua Umum
Kerukunan Jawa Tulen
(Kejawen)