Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya dan filosofi yang berakar dari tradisi leluhur, salah satunya adalah ajaran Jawa. Nilai-nilai luhur dalam filosofi Jawa bukan sekadar pedoman hidup bagi masyarakat Jawa, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip-prinsip seperti Hamemayu Hayuning Bawana (menjaga keseimbangan dan keharmonisan dunia), Manunggaling Kawula Gusti (keselarasan antara pemimpin dan rakyat), serta Mikul Dhuwur Mendhem Jero (menghormati dan menjaga warisan leluhur) dapat menjadi pedoman dalam membangun bangsa yang adil, sejahtera, dan berkepribadian luhur.
1. Konsep Kepemimpinan: Sabda Pandita Ratu
Dalam ajaran Jawa, pemimpin adalah sosok yang memiliki tanggung jawab besar terhadap rakyatnya. Konsep Sabda Pandita Ratu mengajarkan bahwa perkataan seorang pemimpin harus memiliki bobot dan konsekuensi. Pemimpin yang baik tidak boleh mengingkari janji, harus berperilaku adil, serta mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Dalam konteks pemerintahan modern, hal ini bisa diterapkan dengan kepemimpinan yang jujur, berintegritas, dan bertanggung jawab dalam setiap keputusan yang diambil.
2. Manunggaling Kawula Gusti: Keselarasan Pemimpin dan Rakyat
Konsep Manunggaling Kawula Gusti mengajarkan bahwa pemimpin bukanlah penguasa yang harus ditaati secara buta, tetapi merupakan bagian dari rakyat yang bertugas melayani dan menyejahterakan mereka. Hubungan antara pemimpin dan rakyat harus bersifat harmonis dan saling melengkapi. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, prinsip ini dapat diterapkan dalam sistem demokrasi yang sehat, di mana pemimpin mendengar aspirasi rakyat dan rakyat memberikan dukungan serta kritik yang konstruktif kepada pemimpinnya.
3. Prinsip Hamemayu Hayuning Bawana: Menjaga Harmoni dan Keseimbangan
Prinsip Hamemayu Hayuning Bawana mengajarkan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga keharmonisan dunia, baik dalam hubungan sosial, lingkungan, maupun kehidupan bernegara. Dalam konteks nasional, hal ini berarti menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, menghormati keberagaman suku, agama, dan budaya, serta berkontribusi dalam pembangunan yang berkelanjutan.
4. Mikul Dhuwur Mendhem Jero: Menghormati Sejarah dan Budaya Bangsa
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan budayanya. Filosofi Mikul Dhuwur Mendhem Jero mengajarkan bahwa kita harus menjunjung tinggi jasa para leluhur dan menghormati nilai-nilai yang telah diwariskan. Dalam kehidupan bernegara, hal ini bisa diwujudkan dengan menjaga nilai-nilai Pancasila, melestarikan budaya nasional, serta membangun pendidikan yang berakar pada kearifan lokal namun tetap terbuka terhadap kemajuan global.
Penerapan teori Jawa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat menjadi solusi dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Nilai-nilai kepemimpinan yang adil, harmoni sosial, penghormatan terhadap budaya, serta keseimbangan dalam kehidupan dapat membentuk masyarakat yang lebih beradab dan sejahtera. Dengan menggali kembali ajaran leluhur dan mengadaptasikannya dalam kehidupan modern, bangsa Indonesia dapat terus maju tanpa kehilangan jati dirinya.
Sebagaimana yang diajarkan oleh para leluhur Jawa, kita harus selalu menjaga keseimbangan dalam kehidupan. Sebab, bangsa yang kuat adalah bangsa yang mampu merawat nilai-nilai luhurnya sambil terus beradaptasi dengan perubahan zaman.
Rahayu, Rahayu, Rahayu.
Jakarta, 13 Februari 2025,
Oleh: R. Adi Sucipto
Ketua Umum
Kerukunan Jawa Tulen (Kejawen)