Aksi Boikot Berlanjut, Untung KFC Indonesia Turun Rp1 T Rugi Naik 91 Persen

 

Beberapa aset non-inti atau aset yang performanya kurang baik sudah dijual guna memenuhi kewajiban finansial yang mendesak

Kerugian KFC Indonesia naik 91 persen akibat aksi boikot yang terus berlanjut

PT Fast Food Indonesia, pengelola jaringan restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia menderita kerugian hingga Rp796,71 miliar pada 2024. Jumlah itu meningkat 91,67 persen jika dibandingkan kerugian pada periode yang sama 2023 sebesar Rp415,65 miliar.

Dalam laporan keuangan yang dipublikasi Selasa 22 April 2025, perusahaan dengan kode emiter FAST ini juga mengalami penurunan keuntungan sebesar Rp1,06 triliun atau 17,86 persen dari Rp5,93 triliun pada 2023 menjadi Rp4,87 triliun pada 2024.

Manajemen berdalih peningkatan kerugian dan penurunan keuntungan akibat krisis di Timur Tengah yang tak kunjung usai. Selain itu juga penurunan daya beli masyarakat membuat kondisi perseroan semakin buruk. Diketahui bahwa KFC Indonesia menjadi salah satu sasaran gelombang boikot masyarakat sebagai imbas serangan Israel ke Palestina.

“Kondisi ini diakibatkan oleh situasi pasar yang memburuk dari krisis Timur Tengah, dan pelemahan daya beli masyarakat. Dua masalah ini telah berdampak negatif terhadap hasil grup untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2024,” ungkap manajemen FAST.

Guna merespon kondisi yang terjadi, perseroan telah mengambil dan terus menerapkan beberapa langkah seperti mengoptimalkan operasi bisnis dengan memangkas biaya dan digitalisasi proses bisnis.

Perseroan juga melakukan restrukturisasi organisasi untuk meningkatkan efisiensi. FAST juga menunda pengeluaran modal atau proyek yang tidak penting. Hanya pengeluaran penting yang diprioritaskan untuk mempertahankan operasional.

Selain itu perusahaan yang dimiliki pengusaha Richardo Gelael melalui PT Gelael Pratama ini juga akan melakukan negosiasi ulang jangka waktu pembayaran utang dengan pemasok. Langkah ini untuk memperpanjang tenor pembayaran dan meningkatkan fleksibilitas arus kas.

Beberapa aset non-inti atau aset yang performanya kurang baik sudah dijual guna memenuhi kewajiban finansial yang mendesak.

“Manajemen berpendapat, Grup masih berada dalam posisi untuk melanjutkan operasionalnya dan memenuhi kewajiban dalam kegiatan usahanya secara normal, dengan mempertimbangkan antara lain rencana manajemen dan dukungan keuangan yang berkelanjutan dari para pemegang saham,” tulis manajemen FAST.

Sebelumnya pada akhir 2024, FAST telah menutup 47 gerainya. Sehingga gerai yang beroperasi pada September 2024 sebanyak 715 gerai. 

FAST juga telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 2.274 karyawan. Sehingga jumlah karyawan pada September 2024 tercatat sebanyak 13.715 orang.

Jurnalis GBN

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: [email protected]