Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengakui Indonesia hanya menerima 30 persen keuntungan yang diperoleh dari hilirisasi nikel. Sedangkan China menikmati sisanya atau sebesar 70 persen dari program yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.
Saat berbicara dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 4 September 2023, Bahlil menyebut harapan agar devisa hasil ekspor (DHE) industri dinikmati semuanya oleh Indonesia hanya mimpi belaka.
Bahlil mengatakan penyebabnya adalah semua hal yang terkait dengan industri itu berasal dari luar negeri. Bahlil mencontohkan indutri nikel yang kredit dan teknologinya semua dari China.
"Jangan mimpi devisa hasil ekspor (DHE) industri akan kembali seutuhnya ke Indonesia, contoh hilirisasi nikel, semua kreditnya kan dari luar, teknologi dari luar," katanya.
Bahlil mengungkapkan meski menjadi pemilik smelter nikel, Indonesia harus membayar utang berikut bunganya yang diambilkan dari hasil penjualan dan revenue. Padahal utang dan bunga pinjaman untuk mengatasi industri nikel nilainya sangat besar. Sehingga menurut Bahlil yang kembali ke Indonesia hanya 20-30 persen saja.
"Begitu ada hasil penjualan dan revenue, yang mereka lakukan pertama membayar pokok tambah bunga dari pinjaman mereka. Yang kembali ke kita paling tinggi 20 persen-30 persen, itu pun hanya untuk operasional," ujar Bahlil.
Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini menambahkan sebenarnya Indonesia bisa saja menarik semua keuntungan dari industri atau hilirisasi nikel. Terlebih berdasarkan pernyataan Presiden Jokowi, nilai ekspor nikel mencapai Rp510 triliun. Tapi menurut Bahlil, industri mempunyai keterbatasan.
"Bukan tidak kembali karena tidak mau dibawa, bukan. Itu 30 persen-40 persen bisa kembali, tetapi selebihnya dia harus bayar pokok tambah bunga, itu untuk industri. Tapi kalau untuk tambang, penuh kembali ke Indonesia," ucapnya.
Keterangan Bahlil tersebut seolah membenarkan seolah membenarkan pernyataan pengamat ekonomi Faisal Basri yang menyebut hilirisasi nikel di Indonesia 90 persen keuntungannya justru dinikmati China.
Saat berbicara di Jakarta, Selasa 8 Agustus 2023, Fasial menjelaskan kebijakan hilirisasi tambang seperti nikel yang dilakukan Indonesia hanya menguntungkan negara lain. Salah satunya adalah China yang menguasai industri nikel di tanah air.
Faisal menambahkan Indonesia hanya kebagian 10 persen dari total keuntungan hilirisasi yang digadang-gadang menjadi industri nikel terbesar di dunia itu. Hilirisasi nikel Indonesia nyatanya hanya mendukung industri nikel di China.
"Hilirisasi sekadar bijih nikel jadi nickel pig iron (NPI) jadi feronikel lalu 99 persen diekspor ke China. Jadi hilirisasi di Indonesia nyata-nyata mendukung industrialisasi di China. Dari hilirisasi itu, kita hanya dapat 10 persen, 90 persennya ke China," kata Faisal.
Ekonom Universitas Indonesia ini menambahkan kondisi Indonesia saat ini membingungkan lantaran bukan lagi menjadi negara agraris tapi juga bukan negara industri.
"Ada missing link dalam transformasi atau pola yang dialami Indonesia. Dari agraris, langsung ke jasa. Lebih dari satu dasawarsa lalu, Indonesia menjelma sebagai negara jasa. Sayangnya lagi, tak ada program industrialisasi di negeri ini," kata Faisal.