Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Rachmat Pambudy mengatakan program makan bergizi gratis atau MBG lebih penting ketimbang memberikan pekerjaan kepada masyarakat. Pasalnya masalah kekurangan gizi tidak bisa diatasi hanya dengan memberikan pekerjaan.
“Ada orang mengatakan kenapa musti kasih makan? Kenapa tidak kasih pekerjaan saja? Tidak akan tercapai untuk mengatasi persoalan [kekurangan gizi] ini [dengan hanya memberikan pekerjaan saja]," katanya.
Saat memberikan keterangan yang dikutip pada Senin 24 Maret 2025, Rachmat awalnya menjelaskan Presiden Prabowo Subianto tengah berusaha membuat sejarah, yakni Indonesia Emas 2045. Salah satunya melalui program MBG.
"Setiap presiden punya sejarahnya sendiri, punya catatan sejarah sendiri, dan kita yang sedang bersama-sama kepemimpinan presiden untuk beberapa tahun [ke depan] sedang membuat sejarah baru dan sejarah inilah akan terjadi [pemberian makan bergizi],” ujar Rachmat.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) ini menuturkan salah satu upaya penting dalam membangun manusia adalah memberikan makan bergizi. Rachmat pun teringat ungkap "tell me what you eat and I will tell you who you are".
Ungkapan itu menurutnya menunjukkan bahwa postur tubuh, kecerdasan, serta kemampuan fisik dan otak turut dipengaruhi dari makanan yang dikonsumsi.
“Sebelum kita mendidik anak-anak kita, sebelum menyehatkan anak-anak kita, sebelum kita mengarahkan anak-anak kita untuk jadi apa ini dan itu, berilah makan bergizi yang cukup,” kata Rachmat.
Politikus Partai Gerindra ini menambahkan hasil riset menunjukkan makanan mempengaruhi kecantikan dari wajah manusia. Rachmat memberikan bukti perubahan penampilan orang Jepang akibat pengaruh makanan.
Hasil penelitian seorang Guru Besar di Universitas Indonesia juga menunjukkan makanan berpengaruh terhadap perilaku manusia.
“Jadi, jangan-jangan manusia baik atau buruk ada hubungan dengan manusia dengan makanan yang kita makan,” ungkapnya.
Rachmat menekankan melalui program MBG, pemerintah berusaha mengatasi berbagai masalah terkait kecukupan gizi masyarakat. Catatan statistik menunjukkan 180 juta orang Indonesia tanpa kecukupan gizi, 50 ribu bayi lahir cacat setiap tahun, 1 juta orang terpapar tuberkolosis (TBC), dan 100 ribu orang meninggal dunia setiap tahun karena TBC.