Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan turut bersuara soal konflik yang terjadi di Pulau Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Luhut minta semua pihak yang terlibat dalam konflik di Pulau Rempang melakukan introspeksi. Hal ini agar konflik tidak semakin melebar hingga menyebabkan investor yang semula sudah siap masuk membatalkan nitanya menanamkan modal di Indonesia.
Saat berbicara usai membuka acara 'Marine Spatial Planning Services Expo', di kawasan Central Park, Jakarta Barat, Selasa, 19 September 2023, Luhut meminta semua pihak belajar dari pengalaman terkait kegagalan masuknya invetasi asing. Pembelajaran dari pengalaman menurut Luhut bisa menjadikan pihak-pihak yang terkait dengan penenaman modal asing terus berbenah dan memperbaiki diri.
"Ya kita harapkan jangan (pindah investasinya) lah. Dulu kan kekonyolan kita juga (sehingga investasi) lari ke tempat lain. Jadi kita juga harus introspeksi, apa yang salah. Kalau kita salah, ya kita perbaiki," kata Luhut.
Mantan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) ini menerangkan perusahaan produsen kaca asal China, Xinyi Group sudah siap menanamkan modal dan membangun pabrik di Pulau Rempang. Luhut menyebut Xinyi adalah pemain besar di bidang industri kaca dengan pangsa pasar mencapai 20 persen di seluruh dunia. Itulah sebabnya Luhut kembali mengingatkan pemerintah terus berusaha agar rencana investasi Xinyi Group di Pulau Rempang jangan sampai gagal.
Mantan Menko Polhukam ini pun menambahkan, demi menjaga iklim investasi itulah pemerintah akan membangun Rempang Eco City sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Luhut yakin investasi Xinyi Group akan berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. Selain pembangunan pabrik kaca akan di Pulau Rempang akan membuka lapangan pekerjaan dan alih teknologi.
Investasi Xinyi Goup juga diyakini mampu mendorong peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam produksi photovoltaic (PV), panel surya, dan semikonduktor. Karenanya, Luhut berharap bahwa keberadaan investor asal China itu akan mampu menjadikan Indonesia, sebagai pusat atau hub produksi bagi kebutuhan PV, panel surya, dan semikonduktor.
"Kita itu jadi pusat karena sekarang ada pertikaian dari negara-negara besar, makanya kita menjadi alternatif. Bahwa ada yang kurang lebih di kita, jangan mau terus main-main. Istilahnya, tikus mati dalam lumbung padi," ujar Luhut.
Sementara itu Menteri Investasi Bahlil Lahadalila mengatakan nilai invetasi yang akan ditanamkan Xinyi Group mencapai 11,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp175 triliun. Jumlah tersebut adalah bagian dari total investasi yang akan dating ke Pulau Rempang senilai RP300 triliun hingga 2080.
Itulah sebabnya Bahlil berharap konflik antara warga Pulau Rempang dan BP Batam terkait pembangunan Rempang Eco City bisa segera diselesaikan. Jika tidak potensi investasi yang sangat besar bisa terlepas. Hal ini menurut Bahlil tentu menjadi kerugian besar, baik bagi pemerintah pusat maupun daerah.
"Ini investasinya total Rp300 triliun lebih, tahap pertama itu Rp175 triliun. Kalau ini lepas, itu berarti potensi pendapatan asli daerah (PAD) dan penciptaan lapangan pekerjaan untuk saudara-saudara kita di sini itu akan hilang," ujar Bahlil.
Saat memberikan keterangan, Senin 18 September 2023, Kepala Badan Koordinasio Penanaman Modal (BKPM) ini menegaskan rencana investasi di Pulau Rempang dilakukan demi kepentingan rakyat. Bahlil menyebut investasi diperlukan untuk menggerakkan roda ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Itulah sebabnya proyek pembangunan Rempang Eco City harus terus berjalan.
"Ini kami ingin merebut investasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Kalau kita menunggunya terlalu lama, emang dia mau tunggu kita. Kita butuh mereka tapi juga kita harus hargai yang di dalam," tegas Bahlil.