Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertolak ke China hari ini. Acara utamanya adalah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra atau The Belt and Road Initiative (BRI) di Beijing pada 17-18 Oktober 2023.
Konferensi tingkat tinggi tersebut menandai satu dasawarsa Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra yang sebelumnya diberi label One Belt One Road (OBOR), satu strategi pembangunan infrastruktur dunia yang diinisiasi oleh pemerintah Tiongkok sejak 2013 di lebih dari 150 negara dan 30 organisasi internasional.
Tak buang waktu lama setelah BRI diluncurkan, Indonesia mengambil kesempatan dari program BRI. Akibatnya, utang Indonesia ke China melonjak 73,6 persen. Bank Indonesia mencatat jika pada 2014 pinjaman dari Tiongkok baru senilai 7,869 miliar dolar AS atau sekitar Rp123,6 triliun (kurs tengah BI per 16/10/2023 Rp15.708 per dolar AS) membengkak jadi 13,66 miliar dolar AS atau sekitar Rp214,6 triliun pada 2015.
Sejak itu utang Indonesia kepada China secara konsisten terus meningkat hingga mencapai 21,047 miliar dolar AS atau sekitar Rp330,6 triliun per Oktober 2023.
Bisa jadi utang Indonesia kepada China akan meningkat lebih banyak lagi mengingat masih banyak proyek yang ‘harus’ dibangun. Salah satunya adalah rencana perpanjangan rute kereta cepat dari Jakarta - Bandung saat ini ke Surabaya.
Rencana tersebut diungkapkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjelang keberangkatan Jokowi menghadiri KTT BRI. Pada acara itu akan ada pertemuan bilateral antara Indonesia dan China yang membahas keberlanjutan kereta cepat dari Bandung ke Surabaya yang studinya sedang dipelajari.
Erick berpendapat jika Indonesia mau menjadi negara maju maka harus membangun infrastruktur seperti jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan bandar udara.
Melalui pembangunan infrastruktur, Erick yakin daya saing Indonesia sebagai negara besar akan meningkat untuk mendorong ekonomi dan efisiensi. Pembangunan kereta cepat akan mengurangi polusi udara dan pemborosan bahan bakar minyak.
Kereta cepat menjadi proyek yang sering disebut dan menjadi kebanggaan pemerintah. Antusiasme masyarakat naik kereta tersebut selama masa uji coba ditangkap pemerintah sebagai sinyal positif untuk melanjutkannya.
Ditambah lagi pemerintah tidak lagi menggubris tuntutan bahwa proyek tersebut harus menguntungkan atau paling tidak balik modal dalam 40 tahun. Pemerintah berpendapat proyek dibangun untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, tidak selalu berorientasi bisnis.
Kuatnya dukungan internal terhadap proyek kereta cepat menjadi tiket bagi pemerintah Indonesia untuk meminta dukungan pembiayaan lebih banyak kepada China. Pemerintah Tiongkok diharapkan memiliki keyakinan akan prospek yang lebih baik pada proyek berikutnya.
Pemerintah China sendiri Melalui program BRI sudah menggelontorkan 962 miliar dolar AS dengan rincian kontrak konstruksi sekitar 573 miliar dolar AS dan investasi non-keuangan sebesar 389 miliar dolar AS selama periode 2013 hingga 2022.
Besarnya dukungan dana bagi program BRI dilandasi keyakinan Tiongkok bahwa kebijakan tersebut merupakan paradigma baru dalam kerja sama internasional, melampaui mentalitas permainan geopolitik yang sudah ketinggalan zaman, berkomitmen pada keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan.
Kerja sama BRI, menurut Tiongkok, telah membuahkan hasil, dan lingkaran persahabatan semakin luas, yang sepenuhnya membuktikan bahwa inisiatif ini tidak bertujuan untuk membentuk lingkaran yang tertutup dan sempit.
Tiongkok mencatatnya dalam sebuah buku putih berjudul "Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra: Pilar Utama dari Komunitas Global dengan Masa Depan Bersama" (The Belt and Road Initiative: A Key Pillar of the Global Community of Shared Future) yang diluncurkan menjelang KTT BRI.
BRI dinilai sebagai "sabuk pembangunan" dan "jalur kebahagiaan" yang sungguh-sungguh bermanfaat bagi masyarakat di semua negara.
Dengan semangat membangun kerja sama internasional, Tiongkok berharap akan lebih banyak proyek yang dibangun dalam program BRI. Apakah Indonesia akan mendapatkan bagian di dalamnya, termasuk mendapatkan dukungan perpanjangan kereta cepat hingga ke Surabaya, kita tunggu oleh-oleh apa yang dibawa Jokowi usai perhelatan KTT BRI.