Pemerintah tampaknya benar-benar akan menghapus bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. Bahkan melalui PT Pertamina, pemerintah telah menyiapkan BBM baru sebagai gantinya, yakni Pertamax Green 92.
Namun masyarakat harus siap-siap merogoh kocek lebih dalam. Pasalnya besar kemungkinan harga jual Pertamax Green 92 akan lebih mahal ketimbang Pertalite.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengakui nantinya harga BBM hasil cumpuran Pertalite dan Etanol akan lebih mahal. Pasalnya Pertamax Green hanya akan menyasar kalangan menengah ke atas.
Saat memberikan keterangan Selasa 9 September 2023, Erick menjelaskan penggunaan Pertamax Green memberikan berbagai keuntungan, seperti mengurangi emisi karbon atau gas buang. Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini menyakini penggunaan Pertamax Green bisa menjadi solusi mengatasi polusi udara yang semakin parah di kota-kota besar seperti Jakarta.
Selain itu menurut Erick,penggunaan Pertamax Green juga mengurangi ketergantungan pada impor BBM, dan memenuhi ”mandatory” bioenergi.
"Kan sudah diomongin sama Menteri ESDM, Pertamina juga sudah bicara. Waktu itu Pertamina bilang ini polusi, kalau di negara lain ketika kendaraan masih dipakai, untuk mengurangi polusinya memakai apa? Biofuel, betul nggak? Kan itu, seperti di Brazil, campuran bioetanol-nya itu masuk. Tapi harganya lebih mahal," ujar Erick.
Bos Mahaka Entertainment ini memastikan pemerintah tidak akan memberikan subsidi untuk Pertamax Green dan BBM lain yang digunakan masyarakat kelas menengah atas. Erick menegaskan subsidi hanya diberikan kepada produk yang hanya digunakan oleh masyarakat ekonomi bawah.
"Nah kalau yang bioethanol kan memang targetnya beda, middle up. Yang gak mampu tetap disubsidi. Middle up, yang pakai mobil mewah masa harus terus disubsidi? Harus ada kerja sama orang yang mampu untuk membantu orang kurang mampu," ujarnya.
Erick menambahkan pemerintah tidak mungkin memberikan subsidi kepada semua jenis produk. Pemerintah bakal mengalami kesulitan jika melakukan hal itu.
"Kalau semuanya harus disubsidi, mungkin pemerintah sulit," katanya.
Erick menuturkan Pertamax Green 92 ditargetkan mulai diproduksi pada 2024. Saat ini Kementerian BUMN bersama pihak terkait, termasuk Pertamina tengah melakukan kajian mendalam, sebelum nantinya diusulkan kepada pemerintah.
Sebelumnya PT Pertamina dikabarkan bakal tidak lagi menjual Pertalite mulai tahun depan. Langkah ini sejalan dengan niatan Pertamina menghapus bahan bakar minyak (BBM) dengan Research Oktan Number (RON) 90. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan sebagai gantinya, akan diluncurkan BBM baru, yakni Pertamax Green 92 yang lebih ramah lingkungan.
Saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu 30 Agustus 2023, Nicke mengusulkan subsidi yang selama ini berikan untuk Pertalite dialihkan ke Pertamax Green 92.
Nicke menambahkan usulan menghapus Pertalite sesuai dengan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang meminta BBM yang dipasarkan di Indonesia minimal memiliki RON 91.
"BBM subsidi kita naikkan dari RON 90 ke RON 92, karena aturan KLHK oktan number yang boleh dijual di Indonesia minimum 91," ujar Nicke.
Mantan Dirut PT Mega Eltra ini mengatakan Pertamina telah meluncurkan BBM jenis Pertamax Green 95, Juli 2023 lalu. Saat ini menurut Nicke, pihaknya tengah mempersiapkan peluncuran Pertamax Green 92 yang nantinya menggantikan Pertalite.
Peluncuran energi hijau menurut Nicke tidak hanya bermanfaat untuk menurunkan emisi karbon, terutama dari kendaraan bermotor. Langkah tersebut juga bisa mengurangi anggaran untuk impor gas.
"Jadi ini sudah sangat pas, satu, aspek lingkungan bisa turunkan karbon emisi. Kedua, mandatory bioetanol bisa kita penuhi. Ketiga, kita menurunkan impor gasoline," ujarnya.
Nicke menambahkan nantinya akan ada dua jenis BBM Pertamax Green, yakni yang mempunyai RON 95 dan 92. Pertamax green 92 adalah campuran antara BBM RON 90 (Pertalite) dengan 7 persen bioetanol (E7). Langkah ini sejalan dengan komitmen Pertamina mendukung pemerintah untuk menurunkan emisi dari bensin.
"Jadi, ada 2 green gasoline, green energy, low carbon yang jadi produk baru dari Pertamina," tutur Nicke.