Pemerintah dikabarkan bakal kembali mendatangkan bahan pangan dari luar negeri. Setelah dipastikan mengimpor beras, kini pemerintah memutuskan bakal pula melakukan impor jagung sebanyak 500 ribu ton.
Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi mengatakan impor jagung kali ini bertujuan untuk mengisi cadangan sekaligus memenuhi kebutuhan peternak. Arief menegaskan tindakan tersebut sudah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Untuk membantu peternak rakyat yang saat ini memerlukan pasokan jagung pakan yang memadai, pemerintah akan melakukan impor jagung sebanyak 500 ribu ton yang dikhususkan untuk stabilitas harga di tingkat peternak sesuai arahan Presiden Joko Widodo pada Ratas 9 Oktober 2023," kata Arief.
Saat memberikan keterangan resmi, Kamis 19 Oktober 2023, Arief menerangkan pada tahap awal impot jagung akan dilakukan sebanyak 250 ribu ton.
"Adapun pada tahap awalan besaran impor jagung tersebut mencapai 250 ribu ton," ujarnya.
Kepala Badan Pangan Nasional Bapanas ini memastikan, impor jagung akan dilakukan secara terukur. Salah satunya dengan mempertimbangkan harga jagung di tingkat petani tetap baik. Arief menambahkan pihaknya juga akan bekerjasama dengan Dinas Pertanian/Pangan di daerah.
"Karena itu, data peternak penerima jagung pakan tersebut harus detail by name by address dan dikoordinasikan bersama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) serta Dinas Pertanian/Pangan setempat," katanya.
Arief juga meminta Kementerian Pertanian fokus pada upaya peningkatan produksi jagung di hulu. Data yang digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS).
"Acuannya tentu dari data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) yang sudah diumumkan. Sementara di hilir, Bapanas fokus pada penguatan stok Cadangan Jagung Pemerintah dan stabilisasi harga," sebutnya.
Sebelumnya, BPS merilis data kerangka survey area hasil amatan sampai September 2023 menyatakan, luas panen jagung tahun ini diperkirakan menyusut 10,03 persen dari semula 2,77 juta hektare (ha) menjadi 2,49 ha.
Produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen tahun 2023 diprediksi turun 12,50 persen dari 16,53 juta ton menjadi 14,46 juta ton.
"Dengan adanya koreksi data tersebut, ini menjadi momentum yang baik bagi pemerintah untuk semakin meningkatkan kinerjanya. Tugas kami tentu melayani. Tidak ada eksklusivitas baik di Kementan maupun Bapanas," pungkas Arief.