Markas Besar (Mabes) TNI meluruskan kabar gugurnya 6 prajurit dalam serangan yang dilakukan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Pos Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksda Julius Widjojono menyatakan sampai saat ini prajurit yang gugur dilaporkan 1 orang.
"Sampai pukul 14.03 WIB, informasi yang saya terima secara fisik baru satu orang, hanya satu orang," kata Julius.
Saat memberikan keterangan pers, Minggu 16 April 2023, Julius mengatakan belum menerima informasi lanjutan terkait kondisi prajurit usai serangan anggota KKB. Menurutnya personel TNI kesulitan menjangkau lokasi penyerangan akibat kendala cuaca.
"Jadi informasi yang lain belum kami dapatkan, karena kesulitan untuk mencapai lokasi karena cuaca tak menentu," ujarnya.
Meski demikian, Julius memastikan pasukan TNI akan terus mencari keberadaan anggota KKB yang melakukan penyerangan. Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menurut Julius telah memerintah bantuan tempur dikerahkan dengan kekuatan maksimal.
"Panglima TNI perintahnya jelas, jangan ragu ambil tindakan. Dan bantuan tempur dengan kekuatan maksimal," tutur Julius.
Sebelumnya KKB Papua pada Sabtu 15 April 2023 sekitar pukul 16.30 WIT menyerang pos TNI Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Pasukan TNI yang diserang berasal dari Yonif Raider 321/Galuh Taruna (Yonif R 321/GT) yang bertugas melakukan Operasi SAR pilot Susi Air di wilayah Mugi-Mam Kabupaten Nduga.
Dikabarkan dalam serangan tersebut 6 prajurit TNI gugur. Sedangkan 21 prajurit lainnya sampai saat ini belum diketahui keberadaannya.
Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Kav Herman Taryaman mengatakan salah satu prajurit yang gugur bernama Pratu Miftahul Arifin. Korban meninggal setelah terkena tembakan dan jatuh di jurang sedalam 15 meter.
"Miftahul Arifin tertembak dan jatuh ke jurang sedalam kurang lebih 15 meter dan yang bersangkutan diketahui meninggal dunia," kata Herman.
Saat berbicara kepada awak media Minggu 16 April 2023, Herman mengungkapkan proses evakuasi jenazah Pratu Miftahul Arifin masih belum bisa dilakukan. Pasalnya saat itu anggota KKB Papua terus melancarkan penyerangan.
"Selanjutnya saat dilaksanakan evakuasi Prajurit korban meninggal (Alm Pratu Miftahul Arifin) tiba-tiba gerombolan KST kembali melakukan penembakan kepada personel TNI lainnya, yang sedang mengevakuasi sehingga terjadi kontak tembak," ujar Herman.