Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali mewacanakan pembatasan pengunjung yang akan memasuki kawasan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Erick beralasan Borobudur adalah salah satu situs spiritual atau keagamaan terbesar di dunia. Sehingga harus dijaga kelestariannya, salah satunya membatasi jumlah pengunjung.
Saat berbicara di acara media briefing Festival Purnama Waisak 30 Mei-4 Juni 2023 mendatang di Kementerian BUMN, Kamis 25 Mei 2023, Erick mengatakan sudah selayaknya Indonesia menjaga dan memelihara Candi Borobudur. Seperti juga negara lain juga menjaga situs agama yang ada di wilayanya.
Erick mencontohkan pembatasan jumlah pengunjung yang masuk ke Masjid Nabawi di Kota Madinah, Arab Saudi. Bos Mahaka Entertainment itu menceritakan saat melaksanakan umroh beberapa saat lalu.
Menurutnya, untuk masuk ke Raudah yang letaknya di sebelah makam Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam pengunjung dibatasi hanya selama 10 menit. Pembatasan itu menurut Erick membuat jamaah lebih khusyuk saat berdoa dan beribadah.
Hal semacam itulah yang ingin diterapkan di Candi Borobudur. Selain menjaga kelestariannya, pembatasan dilakukan agar pengunjung lebih tenang saat melaksanakan ritual ibadah.
"Maka diharapkan ada pembatasan. Karena itu, solusinya apa? Dengan digitilasi," katanya.
Erick menjelaskan, pembatasan akan diterapkan secara digitalisasi. Antrean pengunjung yang akan naik ke atas Candi Borobudur akan diatur sedemikian rupa.
"Begitu naik, hanya 150 orang. Nanti begitu yang ini turun, 15 menit kemudian naik lagi," terangnya.
Pengunjung juga tidak boleh mengenakan sepatu atau sandal. Sehingga ketebalan struktur candi bisa dijaga. Menurut Erick, ketebalan bebatuan di tangga Candi Borobudur diketahui menipis hingga 5 sentimeter akibat gesekan alas kaki. Jika kondisi ini dibiarkan, Candi Borobudur bisa hancur dan tidak akan tergantikan.
"Karena kalau Borobudur hancur, ini tidak tergantikan," tambah Erick.
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini pun mewanti-wanti agar Candi Borobudur dijaga dengan baik. Pasalnya menjaga bangunan peninggalan oleh raja Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno ini sama saja dengan menjaga Indonesia.
Erick menegaskan tidak mungkin Indonesia maju tanpa landasan budaya. Karena itu, menjaga Borobudur harus berangkat dari pemikiran bahwa situs warisan dunia tidak hanya untuk parawisata tapi sebuah simbol spritual yang harus dijaga. Sebab, itulah Indonesia.