Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) dinilai mempunyai pandangan nasionalisme yang sempit. Hal ini terkait dengan pernyataan Jokowi yang menyebut Istana Kepresidenan di Jakarta dan Bogor berbau kolonialisme. Pernyataan tersebut disampaikan sejarawan JJ Rizal yang dikutip pada Kamis 15 Agustus 2024.
"Pernyataan pak Jokowi tentang Istana Negara, Istana Merdeka, dan Istana Bogor yang bau kolonial karena bekas istana Gubernur Jenderal kolonial Belanda merupakan menunjukkan nasionalisme sempit, picik, cupet," katanya.
Rizal mengungkapkan bangunan peninggalan Perusahaan Hindia Timur Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dan pemerintahan Hindia Belanda harus dipertahankan. Bangunan-bangunan itu juga menjadi warisan dari para pendiri bangsa yang berhasil menaklukkan kolonialisme.
"Justru bangunan-bangunan dari masa kolonial seperti istana dijaga dan digunakan oleh para presiden sebelumnya karena untuk menjelaskan kolonialisme telah ditaklukan oleh nasionalisme. Nasionalisme sukses melawan kolonialisme," ujar penulis dan pendiri penerbitan Komunitas Bambu ini.
Sebelumnya Presiden Jokowi mengungkapkan alasannya membangun Istana Kepresidenan di Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Meski sudah ada beberapa, Jokowi merasa perlu membangun yang baru lantaran Istana yang ada saat ini merupakan warisan masa penjajan Belanda.
Saat memberikan keterangan yang diunggah di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa 13 Agustus 2024, Jokowi menyebut dirinya kerap dibayang-bayangi aroma kolonial saat berada di Istana Kepresidenan, baik yang terletak di Jakarta maupun Bogor, Jawa Barat.
"Jadi bau-baunya kolonial, selalu saya rasakan, setiap hari dibayang-bayangi," katanya.
Jokowi menjelaskan Istana Negara Jakarta sempat dihuni pemerintah kolonial pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten. Istana Merdeka Jakarta dihuni oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge. Sedangkan Istana Kepresidenan di Bogor dihuni oleh Gubernur Jenderal GW Baron van Imhoff.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan ingin Indonesia memiliki gedung Istana Negara hasil produk anak bangsa. Harapan itulah yang akan diwujudkan melalui pembangunan Istana di IKN di Kalimantan Timur.
Jokowi menyatakan Indonesia perlu menunjukkan kepada dunia soal kemampuan membangun Ibu Kota sesuai dengan keinginan dan rancangan sendiri. Meskipun hal itu diakuinya membutuhkan prosesnya yang panjang.
"[IKN] dimulai dari 2021-2022, akan selesai kira-kira 10-15 tahun yang akan datang, jadi masih sangat panjang," kata bapak kandung Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka ini.