Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir berharap Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi pesta demokrasi yang lebih bermartabat. Hal itu menurut Haedar bisa terjadi jika ada kemimpinan moral yang mampu melahirkan arah dan visi kebangsaan yang jelas. Sehingga kontestasi Pemilu 2024 tidak hanya menjadi ajang perlombaan mencapai kekuasaan semata.
"Tapi ada visi kebangsaan apa yang mau dibawa, diwujudkan yang berangkat dari fondasi yang diletakkan para pendiri bangsa," tutur Haedar.
Berbicara usai bersilaturahmi ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Kamis 25 Mei 2023, Haedar menjelaskan kepemimpinan moral yang disepakati diharapkan mampu menyetir kontestasi politik menjadi lebih baik. Siapa pun yang terpilih memimpin negeri ini menurut dosen Pascasarja Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini harus menjadi satu kepemimpinan yang sadar atas perilaku baik dan buruk.
"Kami sebagai kekuatan keagamaan kemasyarakatan yang non-politik praktis punya panggilan moral, hadir tanpa merasa paling benar sendiri," ujar Haedar.
Sementara itu Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan kepemimpinan moral sangat diperlukan dalam dunia politik di Indonesia. Hal itu agar para politisi tidak hanya mengedepankan kepentingan pragmatis. Terutama menjelang Pemilu dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 14 Februari 2024 mendatang.
"Dalam politik ini perlu ada kepemimpinan moral supaya tidak disetir dengan kepentingan-kepentingan pragmatis," kata pria yang bisa disapa Gus Yahya ini.
Saat memberikan konferensi pers bersama Haedar Nashir, Gus Yahya menyebut PBNU dan PP Muhammdiyah sepakat melanjutkan diskusi guna menindaklanjuti hasil pertemuan hari ini. Hasilnya diharapkan bisa membangun strategi bersama dalam menghadapi berbagai macam isu yang berkembang.
"Nanti kedua belah pihak (PBNU dan Muhammadiyah) akan terus melanjutkan diskusi-diskusi ini. Karena kalau soal komunikasi langsung sudah biasa, tapi kita ingin bersama-sama mencari strategi untuk menciptakan momentum, mudah-mudahan bisa berpengaruh," kata Gus Yahya.
Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini menambahkan kedua Organisasi Islam terbesar di Indonesia itu akan pula menjalin kerja sama dalam membangun strategi ekonomi yang lebih berkeadilan. Gus Yahya menegaskan pihaknya akan belajar dari Muhammadiyah tentang kerja-kerja administrasi organisasi dan pelayanan terhadap umat.
"Saya kira, ini akan menjadi ladang khidmah yang sangat subur bagi NU dan Muhammadiyah. Kami berterima kasih sekali. Mudah-mudahan ini menjadi kunjungan yang berkah," tutur Gus Yahya.
Hadir dalam pertemuan tersebut Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Saifullah Yusuf, serta Wakil Sekretaris Jenderal Najib Azca dan Suleman Tanjung.
Sedangkan Haedar Nashir didampingi Sekretaris Umum (Sekum) Abdul Mu'ti, Bendahara Umum Hilman Latief. Hadir pula , jajaran PP Muhammadiyah Ketua Anwar Abbas, Saad Ibrahim, dan Agus Taufiqurrahman, serta jajaran Sekretaris Izzul Muslimin dan M Sayuti.