Bulan suci Ramadan bukan hanya tentang menahan diri dari lapar dan haus, tetapi juga tentang memperdalam rasa syukur dan tanggung jawab atas anugerah yang telah diberikan Allah Swt.
Saat masyarakat menunaikan ibadah puasa, kehidupan di bawah permukaan laut terus bergerak dalam keseimbangannya sendiri. Di sana, ada padang lamun, satu ekosistem yang sering terlupakan namun memiliki peran luar biasa dalam menjaga keberlanjutan kehidupan laut dan menjadi berkah yang patut disyukuri.
Lamun (seagrass) merupakan tumbuhan berbunga yang hidup di perairan dangkal, mulai dari wilayah tropis hingga lingkar Kutub Utara. Ekosistem ini menciptakan habitat yang kompleks dan kaya akan keanekaragaman hayati, tempat berbagai spesies ikan, kuda laut, penyu, dan makhluk laut lainnya berlindung dan mencari makanan. Padang lamun (seagrass meadows) juga berperan sebagai penopang perikanan dunia yang menjadi sumber pangan bagi jutaan orang.
Menurut Smithsonian, lamun dinamakan seagrass karena sebagian besar spesiesnya memiliki daun hijau panjang seperti rumput. Meskipun sering disalahartikan sebagai rumput laut, lamun sebenarnya lebih dekat hubungannya dengan tanaman berbunga di daratan. Saat ini, diperkirakan terdapat sekitar 72 spesies lamun di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, sesuai catatan LCDI Bappenas, ada 12 hingga 15 spesies, yang mencakup 15% dari total luas padang lamun dunia.
Meskipun sebagian besar lamun tidak dikonsumsi manusia karena daunnya yang keras dan berserat tinggi. Sekelompok jenis, antara lain Enhalus acoroides, memiliki biji yang dapat diolah menjadi tepung untuk bubur atau roti. Di beberapa budaya pesisir, lamun juga digunakan sebagai bungkus makanan atau bahan fermentasi. Namun, fungsi lamun jauh lebih besar dari sekadar sumber pangan alternatif.
Sebagai bagian dari ekosistem karbon biru, bersama rawa asin dan mangrove, lamun memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap karbon. Meskipun hanya menutupi 0,1 persen dasar lautan, padang lamun mampu menyimpan hingga 18% dari total karbon lautan. Karena kemampuannya menyerap karbon lebih efisien dibandingkan banyak ekosistem darat, lamun menjadi salah satu elemen penting dalam mengurangi perubahan iklim.
Kesadaran akan pentingnya lamun bagi generasi dapat ditingkatkan, misalnya melalui program Youth Leadership Camp for Climate Crisis: Blue Carbon Camp. Kegiatan ini, kerja sama Climate Reality Indonesia dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan serta Himpunan Alumni Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB University, dilaksanakan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Dari pengamatan peserta, ekosistem lamun di Pulau Lancang cukup beragam, dengan spesies seperti Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata dan Syringodium isoetifolium. Dua spesies pertama memiliki potensi lebih besar dalam menyimpan karbon dan memerangkap sedimen. Namun, di beberapa lokasi ditemukan banyak serasah lamun, yang mengindikasikan adanya kerusakan ekosistem, terutama di area penambatan kapal di bagian barat pulau.
Fakta di atas menunjukkan bahwa peran penting lamun kadang diabaikan. Sejak tahun 1930-an, padang lamun mengalami penurunan global dengan estimasi kehilangan mencapai 7% per tahun. Pembangunan pesisir, polusi, perubahan iklim, penambangan, serta aktivitas perikanan dan pelayaran yang tidak terkontrol menjadi penyebab utama degradasi ekosistem ini. Saat padang lamun rusak, bukan hanya habitat laut yang terancam, tetapi juga kemampuan alam dalam menyerap karbon dan melindungi garis pantai dari erosi serta badai.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 1 Maret sebagai World Seagrass Day (Hari Lamun Sedunia). Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran global mengenai peran krusial lamun serta mendorong tindakan nyata dalam konservasi dan pemulihannya. Upaya perlindungan dan restorasi padang lamun tidak hanya berdampak pada ekosistem laut, tetapi juga pada kesejahteraan manusia secara luas.
Padang lamun, yang sering terlupakan, menyimpan berkah yang begitu besar bagi kehidupan laut dan manusia. Menjaga keberlanjutannya bukan hanya untuk memastikan kelangsungan sumber daya laut bagi generasi mendatang, tetapi juga sebagai kontribusi nyata dalam menjaga keseimbangan ekosistem yang lebih luas.
Menyambut Hari Lamun Sedunia dan bulan suci, mari mensyukuri berkah Ramadan yang juga berarti menghargai karunia padang lamun, ciptaan yang terus menghidupi dan membawa manfaat bagi kehidupan.