Ramadan, bulan suci yang penuh keberkahan, kini mendekati penghujungnya. Umat muslim di seluruh dunia bersiap menyambut Hari Kemenangan, Idul Fitri, dengan hati yang bersih dan semangat yang baru. Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, melainkan juga tentang refleksi diri, peningkatan spiritualitas, dan perbaikan hubungan antara manusia dengan penciptanya, sesama manusia, serta alam semesta.
Di tengah kesibukan dan persiapan untuk hari yang fitri, penting untuk merenungkan hubungan kita dengan Bumi, rumah bersama yang dianugerahkan kepada manusia. Dalam kesunyian malam-malam terakhir Ramadan, alam seakan turut bertasbih, mengingatkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni. Konsep "Bumi bertasbih" mengandung makna mendalam, mengajak manusia untuk menyadari bahwa seluruh ciptaan memuji dan mengagungkan pencipta tanpa henti. Hal ini mengingatkan bahwa menjaga Bumi merupakan ekspresi spiritual, bagian dari puji-pujian universal kepada sang pencipta.
Dalam bukunya berjudul “Islam dan Lingkungan,” Prof. Dr. M. Quraish Shihab menjelaskan prinsip-prinsip dasar Islam dalam pemeliharaan lingkungan sebagai Kehalifahan dan Memakmurkan Bumi. Manusia diberikan amanah oleh Allah swt sebagai khalifah di muka bumi. Kekhalifahan bukan kepemilikan karena seluruh wujud adalah milik Allah, sehingga manusia tidak boleh berlaku sewenang-wenang di Bumi dan terhadap Bumi. Sedangkan memakmurkan bumi mencakup pelestarian lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam dengan bijak. Manusia harus menghindari kerusakan lingkungan dan pencemaran, menjaga kebersihan, serta melestarikan alam dan keanekaragaman hayati sebagai wujud syukur.
Prof. Quraish mendorong umat Islam untuk menjadi pelopor dalam pelestarian lingkungan, berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang mengajarkan kasih sayang, keadilan, dan keseimbangan. Pandangan ini mengajak umat manusia, khususnya umat Islam, untuk aktif berkontribusi dalam upaya menjaga Bumi, sebagai bagian dari ibadah dan pencapaian kebaikan di dunia dan akhirat.
Perubahan iklim menjadi tantangan besar yang dihadapi Bumi saat ini, mengancam kehidupan tidak hanya manusia tetapi seluruh makhluk hidup yang menghuni planet ini. Melindungi Bumi dan mengurangi dampak perubahan iklim bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi setiap individu. Ramadan dan Idul Fitri, dengan segala keindahannya, mengingatkan pentingnya hidup seimbang, dengan meninggalkan konsumsi berlebih dan gaya hidup yang merusak lingkungan demi praktik yang lebih berkelanjutan dan penuh kasih terhadap alam.
Pilihan menu makanan, misalnya, menjadi cerminan dari keseimbangan tersebut. Mengutamakan bahan makanan lokal dan musiman bukan hanya mengurangi jejak karbon pemicu perubahan iklim, tetapi juga menjadi sarana mendukung keberlangsungan ekosistem lokal. Langkah ini, sederhana namun signifikan, mengajarkan pentingnya kembali ke alam dan mengapresiasi setiap karunia yang diberikan dengan cara yang bertanggung jawab. Selain itu, tradisi membeli pakaian baru untuk Lebaran dapat dijadikan momen untuk merenungkan dampak lingkungan dari pilihan fashion. Memilih pakaian dari bahan berkelanjutan atau mengadopsi prinsip 'kurang adalah lebih' bukan hanya mengurangi dampak negatif terhadap Bumi tetapi juga mempraktikkan kesederhanaan dan kecukupan. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah pengelolaan sampah. Momentum Lebaran seringkali meningkatkan produksi sampah, dari kemasan makanan hingga sampah dekoratif. Menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) menjadi salah satu cara praktis dalam memperlihatkan rasa syukur dan penghargaan terhadap nikmat alam, sekaligus langkah nyata dalam menjaga kebersihan dan kesucian Bumi sebagai amanah.
Seperti umat muslim yang berpuasa bersama dan merayakan kemenangan sebagai satu umat, upaya pelestarian lingkungan juga harus melibatkan kerja sama lintas negara, budaya, dan agama. Hari Kemenangan bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang refleksi dan komitmen baru untuk hidup lebih harmonis dengan alam. Ini adalah waktu yang tepat untuk internalisasi nilai-nilai Ramadan. Dengan demikian, setiap hari menjadi hari kemenangan atas kelemahan diri dan tantangan global yang kita hadapi bersama. Setiap hari kita layangkan puji-pujian kepada pencipta melalui perlindungan dan perawatan terhadap Bumi, masjid yang luas tempat kita semua beribadah.