Gerakan Global Gizi Anak Sekolah

Selain aspek gizi, program makanan sekolah juga perlu mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan, dirancang agar minim limbah makanan, mengurangi sampah plastik, dan mendukung penggunaan kemasan yang dapat terurai secara alami

Ilustrasi: Muid/GBN.top

Lebih dari 100 juta anak sekolah di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah mengalami kelaparan, demikian pernyataan terakhir World Food Programme, Organisasi Pangan Dunia PBB. Karenanya setiap pagi jutaan anak berangkat ke sekolah tanpa sarapan yang cukup. Bagi sebagian dari mereka, makanan yang disediakan di sekolah mungkin satu-satunya kesempatan mendapatkan asupan bergizi dalam sehari. Namun, belum semua sekolah memiliki program makan siang yang memadai, sehingga banyak anak harus belajar dalam kondisi lapar, yang berdampak pada konsentrasi, energi, dan prestasi akademik mereka.

Untuk mengatasi tantangan ini, lebih dari 105 negara, termasuk Indonesia, tergabung dalam School Meals Coalition, sebuah gerakan global yang bertujuan memastikan setiap anak mendapatkan makanan sehat di sekolah pada tahun 2030. Diluncurkan pada tahun 2021, koalisi ini melibatkan pemerintah, organisasi internasional, sektor swasta, serta masyarakat sipil dalam mengembangkan sistem pangan sekolah yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Makanan sekolah bukan sekadar pemenuhan kebutuhan dasar anak-anak, tetapi juga berkontribusi pada pendidikan, kesehatan, dan ketahanan pangan. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima makanan bergizi di sekolah lebih fokus dalam belajar, lebih jarang absen, dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik. Selain itu, program ini dapat membantu keluarga dengan keterbatasan ekonomi serta mendorong perekonomian lokal jika makanan yang disediakan berasal dari hasil bumi yang dihasilkan dan diolah setempat.

Sejumlah negara telah mengembangkan kebijakan yang memperkuat akses terhadap makanan sekolah. Skotlandia, misalnya, menyediakan anggaran makan siang gratis untuk siswa sekolah kelas 1 – 5, dan setelahnya bantuan bagi murid yang kesulitan membayar makanan sekolah. Di Inggris, makanan sekolah gratis disediakan untuk siswa dari TK B hingga kelas dua SD. Sementara itu, di Amerika Serikat, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah berhak menerima makanan gratis atau dengan harga subsidi di sekolah. 

Di Indonesia, pemerintah mulai memperkenalkan berbagai program untuk meningkatkan asupan gizi anak, termasuk “Makan Bergizi Gratis (MBG)” yang diperkenalkan pada awal tahun ini. Program tersebut bertujuan memberikan makanan sehat bagi kelompok tertentu, termasuk anak sekolah. Namun, berbeda dengan banyak inisiatif serupa di dunia, MBG juga berupaya menjangkau mereka yang tidak bersekolah atau putus sekolah untuk memastikan semua anak mendapatkan asupan gizi yang layak.

Selain aspek gizi, program makanan sekolah juga perlu mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan, dirancang agar minim limbah makanan, mengurangi sampah plastik, dan mendukung penggunaan kemasan yang dapat terurai secara alami.

Salah satu solusi yang semakin banyak diterapkan di berbagai negara adalah “kebun pangan sekolah,” tempat anak-anak belajar menanam sayur, buah, dan rempah-rempah di sekolah mereka sendiri. Dengan memiliki kebun sekolah, siswa tidak hanya mendapatkan pengalaman langsung dalam bercocok tanam, tetapi juga memahami pentingnya pangan lokal dan keberlanjutan lingkungan. Saat panen tiba, hasil dari kebun ini dapat digunakan dalam program makanan sekolah, sehingga anak-anak bisa menikmati makanan yang mereka tanam sendiri. Penelitian menunjukkan murid-murid akan lebih semangat memakan sayuran dari kebun sekolah.

Setiap tahun, dunia memperingati International School Meals Day - Hari Makanan Sekolah Internasional, pada Kamis kedua di bulan Maret. Peringatan ini bukan sekadar refleksi bagi negara-negara yang telah memiliki program makanan sekolah, tetapi juga menjadi kesempatan untuk mengeksplorasi inovasi baru dalam penyediaan makanan bergizi yang lebih berkelanjutan. Sekolah yang menerapkan konsep pangan lokal, kebun sekolah, dan pengelolaan limbah makanan yang baik akan menjadi contoh bagi sistem pangan yang lebih bertanggung jawab.

Namun, tantangan dalam implementasi program makanan sekolah tetap ada. Banyak negara masih berjuang dalam memastikan kualitas makanan tetap tinggi, logistik berjalan lancar, dan pendanaan bisa berkelanjutan tanpa membebani anggaran negara. Selain itu, edukasi kepada pelajar mengenai pentingnya mengurangi limbah makanan dan membangun kebiasaan makan yang sadar lingkungan perlu diperkuat.

Gerakan global untuk gizi anak sekolah menegaskan bahwa penyediaan makanan sehat bukan hanya soal memastikan anak-anak tidak kelaparan, tetapi juga tentang membangun sistem pangan yang lebih adil, ramah lingkungan, dan bertanggung jawab terhadap masa depan.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: [email protected]