Gletser: Burung Kenari Krisis Iklim

Seperti burung kenari yang memberikan sinyal bahaya di tambang, gletser memberikan sinyal yang jelas bahwa perubahan iklim sedang berlangsung dengan dampak yang akan meluas.

Ilustrasi: Muid/GBN.top

Istilah canary in a coal mine atau “burung kenari di tambang batu bara” berasal dari praktik penambang batu bara di masa lalu yang membawa burung kenari ke lubang tambang sebagai sistem peringatan dini terhadap gas beracun, seperti karbon monoksida.

Karena burung kenari lebih sensitif terhadap gas tersebut dibandingkan manusia, jika mereka lemas atau mati, itu menjadi indikasi adanya bahaya yang tak terlihat sehingga penambang dapat segera menyelamatkan diri.

Kini, istilah tersebut digunakan secara metaforis untuk peringatan awal bahaya potensial, khususnya yang tidak langsung terlihat. Misalnya, dalam konteks perubahan iklim, gletser sering dianggap sebagai “canary in a coal mine” karena menjadi salah satu indikator paling awal dan jelas dari dampak perubahan iklim.

Gletser adalah lapisan es yang besar dan tebal, terbentuk dari penumpukan salju selama bertahun-tahun. Ia bergerak perlahan di bawah pengaruh gravitasi, biasanya ditemukan di wilayah pegunungan tinggi atau daerah kutub.

Biasanya gletser berakhir di “terminus,” tempat es mencair atau pecah. Di daratan, air lelehannya sering mengalir ke sungai atau danau. Jika mencapai laut, gletser dapat menghasilkan gunung es atau membentuk lapisan es terapung seperti Larsen Ice Shelf di Antartika. Letak terminus bergantung pada iklim dan kondisi geografis gletser.

Lapisan-lapisan es memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka menyediakan pasokan air tawar yang stabil untuk sungai, danau, dan makhluk hidup di sekitarnya, terutama di musim kemarau. Air lelehan gletser menjaga suhu sungai tetap dingin, menciptakan habitat ideal bagi spesies akuatik seperti ikan salmon.

Selain itu, gletser membantu mengatur aliran air dan menyuplai sedimen kaya mineral yang menyuburkan tanah di sekitarnya, meskipun pencairan gletser yang berlebihan dapat meningkatkan risiko banjir. Keberadaan gletser juga mendukung keanekaragaman hayati, mulai dari tumbuhan hingga spesies hewan yang bergantung pada kondisi dingin.

Sebagai indikator perubahan iklim, penyusutannya merupakan peringatan dini yang menunjukkan dampak serius kenaikan suhu global, yang mengancam ekosistem dan komunitas di sekitarnya.

Penyusutan terjadi karena krisis iklim akibat aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil dan deforestasi, yang mempercepat pemanasan global, meningkatkan suhu, dan mencairkan lapisan es.

Gletser terpanjang dan terbesar di dunia berdasarkan volume es adalah Gletser Lambert yang terletak di Antartika Timur. Gletser ini membentang sepanjang sekitar 400 km dan memiliki lebar sekitar 100 km.

Di daerah tropis ada juga gletser. Ini merupakan fenomena langka yang hanya ditemukan di puncak gunung-gunung tinggi, tempat suhu cukup rendah untuk menjaga es tetap membeku. Di Indonesia, Gletser Carstensz di Puncak Jaya, Papua, menjadi salah satu contoh ikonik, meski kini menyusut drastis. Pegunungan Andes di Amerika Selatan juga menyimpan gletser tropis seperti Quelccaya di Peru, yang menjadi sumber air penting bagi masyarakat setempat. Afrika memiliki Gletser Kilimanjaro di Tanzania, yang dikenal luas namun menghadapi pencairan cepat.

Mengingat pentingnya peran gletser bagi umat manusia, pada Desember 2022, Majelis Umum PBB menetapkan 2025 sebagai International Year of Glaciers' Preservation - Tahun Internasional Pelestarian Gletser dan 21 Maret sebagai World Day of Glaciers - Hari Gletser Sedunia. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya gletser dalam menjaga keseimbangan iklim, siklus air, dan keberlangsungan hidup masyarakat di seluruh dunia.

Berbagai kegiatan akan dilakukan, termasuk konferensi internasional, lokakarya regional, dan kampanye kesadaran publik. Penelitian dan pemantauan gletser akan didorong untuk memahami dampak perubahan iklim secara lebih baik, sementara advokasi kebijakan akan memperkuat pengintegrasian pelestarian gletser dalam strategi iklim dan manajemen air global. Upaya ini juga melibatkan mobilisasi dana dari pemerintah, sektor swasta, dan filantropi untuk mendukung langkah-langkah berkelanjutan.

Seperti burung kenari yang memberikan sinyal bahaya di tambang, gletser memberikan sinyal yang jelas bahwa perubahan iklim sedang berlangsung dengan dampak yang akan meluas. Ketika gletser mencair secara masif dan cepat, ini adalah peringatan bahwa tindakan mitigasi dan adaptasi harus segera diambil untuk mengurangi dampak lebih lanjut.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: [email protected]