Percepat Aksi Perempuan di Bulan Suci

Untuk menjaga bumi, Ramadan dan Hari Perempuan Internasional 2025 merupakan pendorong untuk introspeksi bahwa percepatan aksi tidak harus dalam bentuk kampanye besar, tetapi bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang berdampak luas

Ilustrasi: Muid/GBN.top

Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) yang diperingati setiap tanggal 8 Maret, pada tahun 2025 mengusung tema “Percepat Aksi” atau Accelerate Action. Tema ini menekankan pentingnya langkah cepat dan tegas dalam mencapai kesetaraan gender karena menurut data dari World Economic Forum, dengan laju kemajuan saat ini, dibutuhkan waktu hingga tahun 2158, atau sekitar lima generasi, untuk mencapai kesetaraan gender sepenuhnya.

IWD 2025 jatuh pada bulan suci Ramadan, bulan yang mengajarkan refleksi, kebersamaan, dan kepedulian sosial, sehingga menjadi kesempatan untuk menghubungkan nilai-nilai Ramadan dengan aksi nyata dalam menjaga bumi.

Fokus pada “Percepat Aksi” menyoroti urgensi dalam mengatasi hambatan sistemik dan bias yang dihadapi perempuan, baik dalam lingkup pribadi maupun profesional. Hal ini mencakup upaya untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan, merekrut dan mengembangkan talenta yang beragam, mendukung perempuan dan anak perempuan dalam kepemimpinan, pengambilan keputusan, bisnis, dan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatasi beberapa tantangan terbesar dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) – mulai dari peningkatan kesehatan hingga memerangi perubahan iklim – akan bergantung pada pemanfaatan semua talenta. Hal ini berarti seharusnya semakin banyak perempuan yang berkarir di bidang STEM. Keberagaman dalam penelitian memperluas jumlah peneliti berbakat, serta menghadirkan perspektif, bakat, dan kreativitas baru.

Salah satu cara efektif untuk mempercepat aksi menuju kesetaraan gender adalah dengan menunjang para pendukung. Banyak kelompok di seluruh dunia yang melakukan pekerjaan penting untuk membantu perempuan dan anak perempuan. Oleh karena itu, panitia IWD 2025 mengajak semua acara peringatan IWD untuk memasukkan elemen penggalangan dana yang berfokus pada perempuan.

Untuk menjaga bumi, Ramadan dan Hari Perempuan Internasional 2025 merupakan pendorong untuk introspeksi bahwa percepatan aksi tidak harus dalam bentuk kampanye besar, tetapi bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang berdampak luas.

Dalam keseharian, perempuan sering menjadi pengelola utama sumber daya rumah tangga, dari air hingga makanan. Peran ini menjadikan mereka garda terdepan dalam membentuk kebiasaan ramah lingkungan. Ramadan, yang mengajarkan kesederhanaan dan kepedulian, memberi momentum bagi perempuan untuk menguatkan praktik keberlanjutan. Mengurangi limbah makanan saat sahur dan berbuka, menggunakan kembali wadah penyimpanan, serta memilih bahan pangan lokal dan berkelanjutan adalah langkah-langkah kecil yang bisa berdampak besar jika diterapkan secara luas.

Selain di ranah domestik, perempuan juga berperan besar dalam gerakan lingkungan yang lebih luas. Banyak komunitas perempuan yang aktif dalam kampanye pengurangan sampah, restorasi ekosistem, hingga advokasi kebijakan lingkungan. Peran ini harus terus diperkuat agar perempuan tidak hanya menjadi pelaku di tingkat akar rumput, tetapi juga di meja perundingan, baik dalam lingkup lokal maupun nasional.

Karenanya, percepatan aksi tak hanya tentang inisiatif individu atau komunitas, tetapi juga soal memastikan perempuan memiliki akses ke kebijakan dan sumber daya yang lebih besar. Di Indonesia, masih banyak perempuan yang memiliki peran besar dalam menjaga lingkungan, tetapi minim akses terhadap pendanaan, teknologi, dan pengambilan keputusan.

Kesempatan untuk mempercepat aksi berarti memberikan lebih banyak ruang bagi perempuan untuk berada di posisi strategis, dari tingkat desa hingga pemerintahan, agar kebijakan lingkungan lebih inklusif dan berbasis pengalaman nyata di lapangan.

Hari Perempuan Internasional 2025 dan bulan suci Ramadan menciptakan ruang untuk refleksi yang lebih dalam, serta memberikan momentum bagi aksi yang lebih berani dan inovatif.  Keduanya mengajarkan tentang tanggung jawab - bukan hanya terhadap sesama, tetapi juga terhadap bumi yang menjadi rumah bersama satu-satunya. Jika selama ini peran perempuan dalam keberlanjutan sering hanya dikaitkan dengan daur ulang sampah atau pola konsumsi, sudah saatnya melihat bagaimana mereka datang dengan inisiatif baru - dari pangan, energi, teknologi, seni, hingga tradisi spiritual - yang lebih berkelanjutan bagi masa depan bumi. Percepatan aksi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan, dan perempuan adalah bagian tak terpisahkan dalam upaya ini.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: [email protected]