Polusi Plastik Berlanjut, Perundingan Buntu

Sejak mulai dibuat tahun 1960-an produksi massal plastik meningkat drastis, dan hingga kini sudah mencapai sekitar 8,3 miliar metrik ton, dengan lebih dari setengahnya dihasilkan dalam 13 tahun terakhir.

Ilustrasi: Muid/GBN.top

Selama beberapa dekade, plastik telah menjadi andalan dalam menjaga keamanan, mengisolasi rumah, dan memastikan kesegaran makanan. Dari ponsel hingga suku cadang mobil, alat pelindung diri hingga jarum suntik, penggunaan plastik telah mempermudah hidup manusia.

Plastik terus digunakan dalam berbagai produk dan telah menggantikan bahan lain seperti kayu, logam, dan kaca yang sebelumnya umum digunakan untuk berbagai keperluan.

Bahan dasar plastik adalah minyak dan gas bumi, sedangkan produksi plastik melibatkan empat langkah utama, yaitu memperoleh bahan baku, mensintesis polimer dasar, mencampur polimer menjadi bentuk yang dapat digunakan, dan akhirnya, mencetak atau membentuk plastik sesuai kebutuhan.

PBB mengatakan, sejak mulai dibuat tahun 1960-an produksi massal plastik meningkat drastis, dan hingga kini sudah mencapai sekitar 8,3 miliar metrik ton, dengan lebih dari setengahnya dihasilkan dalam 13 tahun terakhir.

Saat ini, dunia memproduksi lebih dari 450 juta ton plastik setiap tahun, namun 91% di antaranya tidak didaur ulang. Dampaknya, sekitar 12 juta ton plastik mencemari lautan setiap tahunnya. Diperkirakan pada pertengahan abad ini, berat sampah plastik di lautan akan melebihi berat ikan yang ada.

Setiap tahun, manusia menggunakan sekitar 5 triliun kantong plastik, yang berarti 160.000 kantong per detik. Ini setara dengan lebih dari 700 kantong plastik per orang per tahun di seluruh dunia.

Sampah plastik memerlukan waktu antara 20 hingga 500 tahun untuk terurai sepenuhnya, dan bahkan setelah itu, ia tidak benar-benar hilang; hanya terpecah menjadi partikel yang semakin kecil.

Media Harvard Medicine menjelaskan bahwa penelitian pada kultur sel, satwa laut, dan model hewan menunjukkan bahwa mikroplastik (potongan plastik berukuran kurang dari 5 mm) dapat menyebabkan kerusakan oksidatif, kerusakan DNA, dan perubahan aktivitas gen, yang merupakan faktor risiko perkembangan kanker. Mikroplastik telah ditemukan dalam air susu ibu dan mekonium, yaitu tinja pertama bayi.

Mikroplastik juga telah ditemukan di berbagai penjuru dunia, mulai dari puncak Gunung Everest hingga palung Mariana.

Resolusi untuk menangani polusi plastik pertama kali disepakati pada Maret 2022 di sesi kelima Majelis Lingkungan PBB (United Nations Environment Assembly/UNEA).

Komite Negosiasi Antar-Pemerintah (Intergovernmental Negotiating Committee/INC) kemudian dibentuk oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) untuk merancang instrumen hukum internasional yang mengikat, mencakup seluruh siklus hidup plastik, mulai dari produksi, desain, hingga pembuangan. Upaya ini bertujuan untuk mengatasi dampak buruk plastik terhadap lingkungan laut dan ekosistem lainnya, dengan target penyelesaian negosiasi pada akhir 2024.

Hingga kini, lima sesi telah dilaksanakan, yaitu: INC-1 di Punta del Este, Uruguay (November 2022), INC-2 di Paris, Prancis (Mei 2023); INC-3 di Nairobi, Kenya (November 2023); INC-4 di Ottawa, Kanada (April 2024); dan INC-5 di Busan, Korea Selatan (November-Desember 2024).

Sayangnya INC-5 di Busan yang menghadirkan lebih dari 3.300 delegasi dari 170 negara dan 440 organisasi pengamat ini, gagal menghasilkan perjanjian plastik global yang diharapkan.

Media The Guardian melaporkan, pada pertemuan di Busan, lebih dari 100 negara mendukung rancangan perjanjian yang mencakup pengurangan produksi plastik secara global dan penghapusan bahan kimia serta produk plastik sekali pakai tertentu. Namun, negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, dan Rusia menolak pengurangan produksi, dengan alasan bahwa masalah utama adalah polusi, bukan plastik itu sendiri. Akibatnya, negosiasi berakhir tanpa kesepakatan. Sebagai tanggapan, 85 negara dan blok politik, termasuk Inggris, Uni Eropa, Spanyol, Jerman, Meksiko, dan Yunani, menandatangani deklarasi yang menyerukan target global yang mengikat untuk mengurangi produksi polimer plastik primer ke tingkat yang berkelanjutan.

PBB menganggap pertemuan di Busan telah memberikan kejelasan lebih baik mengenai struktur dan elemen perjanjian, sekaligus membuka ruang dialog yang lebih luas antarnegara.

Setelah serangkaian diskusi intensif, para delegasi sepakat untuk menggunakan Chair’s Text sebagai dasar negosiasi pada sesi berikutnya yang direncanakan berlangsung pada 2025.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: [email protected]