Kawasan Candi Prambanan tidak hanya menjadi simbol kejayaan masa lalu, tetapi juga menyimpan potensi besar sebagai tempat pembelajaran pengurangan emisi karbon penyebab perubahan iklim di era modern. Sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO, Prambanan tidak hanya mengajarkan tentang arsitektur dan budaya, tetapi juga bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam, menciptakan hubungan yang selaras antara pelestarian budaya dan lingkungan hidup.
“Green Footprints: Candi Prambanan,” sebuah kegiatan yang digagas oleh Climate Reality Indonesia, menjadi contoh nyata bagaimana kawasan candi dapat digunakan sebagai pusat pembelajaran lingkungan. Dalam acara ini, sebanyak 100 peserta lintas generasi dari Indonesia dan mancanegara diajak berjalan kaki mengelilingi empat candi utama di kawasan Prambanan—Prambanan, Lumbung, Bubrah, dan Sewu. Berjalan kaki tidak hanya mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil, tetapi juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk lebih dekat dengan keindahan alam sekitar, sebuah cara sederhana namun berpengaruh dalam mempromosikan mobilitas rendah karbon.
Dibagi dalam kelompok, peserta didampingi pemandu dari “Injourney Destination Management / PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko,” yang menjelaskan sejarah serta nilai-nilai luhur yang tercermin dalam relief dan struktur candi. Di sisi lain, fasilitator dari Climate Reality Indonesia menjelaskan bagaimana nilai-nilai budaya yang ada di kawasan candi ini relevan dengan isu-isu perubahan iklim dan keberlanjutan.
Sebagai kawasan dengan hamparan rumput hijau yang luas dan subur serta vegetasi yang kaya dan aneka satwa, Kawasan Candi Prambanan dengan sekitar 240 candi yang ada di dalamnya menjadi contoh konkret bagaimana lingkungan sekitar candi dapat berperan sebagai penyerap karbon alami. Penghijauan di sekitar situs tidak hanya menjaga keindahan lanskap, tetapi juga berfungsi sebagai solusi alami dalam memerangi perubahan iklim.
Selain itu, pelestarian candi secara fisik juga menyajikan peluang untuk mengadopsi praktik pemugaran yang ramah lingkungan. Pemugaran merupakan rangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memulihkan bentuk asli benda cagar budaya serta memperkuat strukturnya jika diperlukan, dengan pertimbangan arkeologis, historis, dan teknis yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penggunaan material lokal dalam proses restorasi dan penerapan teknologi hemat energi menjadi langkah nyata dalam mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari konservasi bangunan bersejarah. Dengan demikian, Candi Prambanan dapat menjadi model konservasi berkelanjutan yang menggabungkan tradisi dengan inovasi modern. Tantangannya adalah sumber daya manusia yang terbatas, karena juru pugar yang ada kini tidak banyak dan sudah berusia lanjut, sehingga diperlukan regenerasi juru pugar secara intensif.
Acara “Green Footprints: Candi Prambanan” juga memperkenalkan praktik pengelolaan kawasan wisata yang berkelanjutan. Taman Wisata Candi telah menerapkan sejumlah inisiatif untuk mengurangi emisi karbon, seperti penggunaan kendaraan listrik di kawasan wisata. Sejumlah mobil listrik tersedia, didukung oleh stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Selain itu juga ada sepeda tunggal maupun tandem, sepeda listrik, dan skuter listrik warna-warni.
Pengelolaan sampah yang ketat, pengaturan air dan infrastrukturnya, serta konservasi biodiversitas di area seluas hampir 40 hektar membuktikan bahwa kawasan Candi Prambanan tidak hanya dilestarikan dari segi budaya, tetapi juga dikelola dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan yang dapat ditiru oleh tempat wisata lain di Indonesia.
Peserta “Green Foorprints: Candi Prambanan” berbagi temuan dari hasil observasi mereka selama kegiatan. Beberapa di antaranya menyoroti langkah-langkah pengurangan emisi yang sudah diterapkan, seperti pengelolaan sampah dan kendaraan listrik, sementara yang lain mengusulkan tindakan lanjutan yang dapat dilakukan untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Peserta juga didorong untuk merefleksikan apa yang bisa mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari aksi kolektif melawan perubahan iklim.
Dengan acara ini, kawasan Candi Prambanan semakin menunjukkan potensinya sebagai pusat pembelajaran lintas dimensi—menggabungkan pelestarian budaya dan lingkungan dalam satu ruang. Filosofi masa lalu yang menekankan keseimbangan dan harmoni antara manusia dan alam kini diterjemahkan menjadi aksi nyata dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan pengurangan emisi karbon. Warisan budaya ini bukan hanya simbol kejayaan masa lalu, tetapi juga panduan untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.