Refleksi Tantangan Lingkungan Melalui Lensa

Melalui gambar, kita tidak hanya mengingat apa yang pernah terjadi—tetapi juga menyadari bagaimana perasaan kita saat mengalaminya

Ilustrasi: Muid/GBN.top

Ketika krisis lingkungan terasa semakin kompleks dan melelahkan, kita sering kali lupa menyapa emosi sendiri. Di tengah data yang dingin dan narasi bencana yang terus bergulir, siapa yang memberi ruang untuk mengurai perasaan—bukan sekadar menyusun strategi? Siapa yang mau mendengarkan cerita pribadi para pegiat lingkungan?

Saya pernah mengalami masa di mana lelah fisik terasa ringan dibanding lelah batin saat menghadapi tantangan lingkungan hidup yang tak kunjung reda. Saat itulah saya mulai menyadari pentingnya ruang refleksi.

Di sinilah pendekatan fototerapi dapat hadir. Ia menjadi jembatan antara pengalaman personal dan urgensi kolektif.

Fototerapi adalah pendekatan reflektif yang menggunakan foto sebagai medium untuk menggali emosi, mengenali pola pikir, dan memperluas perspektif. Dalam konteks coaching, fasilitasi, atau pengembangan diri, pendekatan ini membantu seseorang memahami dirinya secara lebih utuh—melalui visual yang membangkitkan makna personal dan percakapan yang menyentuh kesadaran terdalam.

Bukan sekadar teknik fotografi, fototerapi mengajak kita berbincang dengan diri sendiri. Ia menggali kenangan, membuka luka, membangkitkan semangat, dan pada akhirnya menyadarkan makna dari setiap langkah yang pernah kita ambil. Sebuah foto bisa menghidupkan kembali semangat kolektif yang sempat meredup. Ia mengingatkan: langkah kecil yang dulu terasa biasa saja, ternyata bagian dari jaringan besar perjuangan lingkungan.

Melalui gambar, kita tidak hanya mengingat apa yang pernah terjadi—tetapi juga menyadari bagaimana perasaan kita saat mengalaminya.

Salah satu pendekatan yang menggunakan metode ini adalah Points of You®, metode kreatif yang menggabungkan kartu-kartu bergambar dan kata-kata untuk refleksi diri serta pengembangan personal maupun profesional dalam berbagai bidang. Perangkat yang dikembangkan oleh Points of You® seperti The Coaching Game, Punctum, Flow, dan Faces memadukan pilihan foto-foto dan kata-kata untuk memicu asosiasi bebas, menembus logika, dan membuka wawasan dari bawah sadar.

Dalam praktiknya, kombinasi visual dan kata ini mendorong refleksi yang mendalam: tentang bagaimana kita memandang keberlanjutan, apa yang menggerakkan kita, atau justru apa yang selama ini kita hindari.

Seorang peserta, misalnya, memilih gambar dan kata yang dapat mengalirkan cerita tentang masa kecil di kampung halaman yang dulu hijau, kini kering dan gersang.

Setiap gambar bukan sekadar ilustrasi. Ia pemantik makna. Ia membawa kita ke ruang terdalam—tempat kenangan, nilai, dan harapan saling bersilangan dan berbicara.

Dalam konteks lingkungan dan keberlanjutan, pendekatan ini menjadi sarana untuk eksplorasi perasaan terdalam terhadap bumi. Dalam sesi reflektif, peserta memilih gambar atau kata yang paling menggambarkan relasi mereka dengan kondisi bumi saat ini—bisa berupa awan gelap, jalan lengang, daun yang gugur, atau kata seperti kehilangan, tanggung jawab, atau harapan. Dari sana, mengalir refleksi personal: tentang kecemasan akan masa depan anak cucu, atau kenangan akan hutan rindang yang kini tinggal cerita.

Wajah-wajah dalam foto bisa memunculkan kesadaran yang mengejutkan. Apa yang muncul saat melihat gambar hutan rusak? Marah, sedih, bersalah, atau justru apatis? Dalam sesi lanjutan, peserta diajak menyusun langkah nyata: mengurangi konsumsi, bergabung dalam komunitas lingkungan, atau sekadar lebih peka terhadap suara-suara alam.

Lewat pendekatan visual dan naratif yang terbuka, fototerapi menghubungkan manusia dengan bumi bukan hanya lewat logika—tetapi juga lewat rasa.

Saya telah mengikuti pelatihan dalam menggunakan perangkat The Coaching Game, Punctum, Flow, dan Faces dari Points of You®, dan merasakan sendiri bagaimana fototerapi mengajak berhenti sejenak. Mendengar cerita yang tak sempat terucap. Merajut harapan dari potongan-potongan gambar yang menyimpan jejak.

Di tengah gempuran narasi besar dan global, pendekatan ini memberi ruang pada hal yang paling manusiawi: suara batin. Karena mungkin, untuk menyelamatkan bumi, kita perlu lebih dulu menyentuh hati yang menyertainya—termasuk hati kita sendiri yang lama terdiam.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: [email protected]