Sustainable Ramadan

"Sustainable Ramadan" mengacu pada praktik menjalankan bulan Ramadan dengan cara yang berkelanjutan, baik dari segi lingkungan maupun sosial.

Ilustrasi: Muid/ GBN.top

Bulan puasa selalu menjadi momentum yang menyenangkan untuk refleksi, peningkatan ibadah, dan penguatan tali silaturahmi. Namun, di tengah perayaan dan tradisi yang kaya, terdapat peluang besar untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan, menjadikan Ramadan tidak hanya bulan suci secara spiritual, tetapi juga ramah terhadap lingkungan. Sehingga kampanye "Sustainable Ramadan" kemudian marak di berbagai negara Muslim.

 "Sustainable Ramadan" mengacu pada praktik menjalankan bulan Ramadan dengan cara yang berkelanjutan, baik dari segi lingkungan maupun sosial. Ini meliputi berbagai aspek seperti pengurangan limbah, konsumsi makanan yang bertanggung jawab, penggunaan energi yang efisien, dan pemberian sedekah atau bantuan kepada yang membutuhkan dengan cara yang lebih berdampak dan berkelanjutan.  

Salah satu tantangan terbesar selama Ramadan adalah pemborosan makanan. Banyak rumah tangga mempersiapkan makanan dalam jumlah besar untuk berbuka puasa, yang seringkali menghasilkan sisa makanan yang cukup banyak. Untuk mengurangi limbah pangan, keluarga dapat merencanakan menu berbuka dan sahur dengan lebih bijaksana, mengukur porsi makanan sesuai kebutuhan, dan menyimpan sisa makanan dengan benar untuk dikonsumsi kemudian. Inisiatif seperti berbagi makanan dengan tetangga atau menyumbang ke panti asuhan dan komunitas yang membutuhkan juga meningkatkan nilai sosial selama bulan suci.  

Contohnya, jaringan Hotel Hilton di Turki bekerja sama dengan Program Lingkungan PBB – UNEP West Asia menerapkan Ramadan Hijau di enam hotel dengan strategi untuk meminimalkan limbah makanan dan mendorong keberlanjutan. Upaya yang dilakukan termasuk membuat kompos dari sisa makanan, mencari bahan-bahan makanan secara lokal dalam radius 80 kilometer, dan mempromosikan pilihan nabati. Selain itu juga membatasi penggunaan plastik sekali pakai, dan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan Winnow untuk mengukur dan mengelola limbah makanan dengan lebih efektif.

Ramadan juga bisa menjadi pendorong untuk meningkatkan kesadaran tentang konsumsi produk yang ramah lingkungan. Ini bisa dimulai dari penggunaan perlengkapan makan yang dapat digunakan kembali atau yang terbuat dari bahan yang mudah terurai, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, hingga pemilihan produk makanan yang diproduksi secara lokal dan berkelanjutan. Konsumen dapat lebih selektif dalam membeli produk-produk yang mendukung praktik pertanian berkelanjutan atau produk yang memiliki kemasan ramah lingkungan.  

PT Coca-Cola Indonesia melalui brand Frestea, misalnya, melalui kampanye “Paduannya Nikmat Pas Untuk Berbuka”  mengangkat tiga produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang. Frestea juga bekerja sama dengan Mahija Parahita Nusantara, yayasan yang bergerak dibidang pelestarian lingkungan dan sosial, untuk mendukung para pahlawan daur ulang dan keluarga prasejahtera pada 23 lokasi di Indonesia.  

Selama Ramadan, penggunaan energi di rumah-rumah dan masjid cenderung meningkat, terutama karena kegiatan tarawih, iktikaf dan tadarus Al-Qur'an. Untuk mengurangi konsumsi energi, masyarakat bisa mengadopsi penggunaan lampu hemat energi, membatasi penggunaan AC dengan memanfaatkan ventilasi alami, dan mematikan peralatan elektronik ketika tidak digunakan. Masjid dan tempat ibadah juga dapat memanfaatkan energi surya sebagai sumber energi alternatif.  

Pentingnya edukasi tentang keberlanjutan selama Ramadan tidak bisa diabaikan. Masjid, sekolah, dan organisasi masyarakat bisa menjadi agen perubahan melalui penyelenggaraan seminar, workshop, atau kampanye sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang keberlanjutan lingkungan. Edukasi tentang pengelolaan sampah, penghematan air, dan konsumsi yang bertanggung jawab dapat membantu masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan.  

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, contohnya, mengajak warga untuk mengurangi sisa makanan dengan cara masak secukupnya, sesuai dengan kebutuhan, dan saat sahur menikmati menu berbuka puasa yang tersisa. Selain itu, juga menghemat air ketika berwudu, dan mengurangi kemasan plastik sekali pakai saat berbelanja, dengan menggunakan wadah makan dan minum yang dapat dipakai ulang.  

Menerapkan "Sustainable Ramadan" merupakan langkah penting menuju gaya hidup yang lebih bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Namun, "Sustainable Ramadan" bukan hanya tentang praktik baik untuk lingkungan, tetapi juga merupakan sarana spiritual untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Ini dilakukan melalui tindakan-tindakan yang membawa manfaat luas bagi masyarakat dan lingkungan, yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, karena setiap tindakan kebaikan, tidak peduli seberapa kecil, dihitung dan berharga di mata Allah swt.

Kolumnis
Pegiat Harmoni Bumi

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com