Bank Dunia menyuntikkan dana sedikitnya 500 juta dolar AS -- sekitar Rp7,6 triliun dengan kurs Rp 15.300 per dolar AS-- kepada Indonesia untuk mengakhiri pengoperasian PLTU batu bara melalui Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, mengatakan pemerintah mendapatkan kucuran dana dari Bank Dunia untuk mengembangkan energi ramah lingkungan.
"Kami telah mendapatkan pendanaan dari dana investasi iklim sebesar USD 500 juta," kata Febrio. Dia berbicara dalam acara ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting and Related Meetings di Hotel Mulia, Rabu (22/8/2023).
Dana tersebut, menurut Febrio, akan digunakan untuk mempercepat penghentian lebih cepat operasional dua PLTU batu bara yang memiliki kapasitas total 1,7 gigawatt.
Menurutnya, Indonesia memiliki peran cukup penting dalam upaya pengalihan ke energi ramah lingkungan. Target penurunan emisi Indonesia dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) tercatat sebesar 31,89 persen.
"Ini untuk menegaskan komitmen pemerintah dalam mencapai net zero emission pada 2060. Seluruh pihak diharapkan turut berkolaborasi dalam memenuhi tujuan berkelanjutan, termasuk pelaku industri," ujarnya.
Di luar bantuan Bank Dunia itu, menurut Febrio, pemerintah masih membutuhkan biaya tambahan sebesar 281 miliar atau sekitar Rp4.305 triliun untuk dapat memenuhi target NDC di 2030.